Senin, 18 Juli 2022

Ricolala dan Pergantian Hak Cipta

Palembang merupakan kota yang berkesan dan paling banyak menyimpan kisah terkait start-up, Ricolala dikenal publik secara luas dimulai dari Palembang dan ditutup untuk publik juga di kota ini. Jatuh bangun serta berkutat dengan ketidakpastian menjadi hal yang kerap kami lakukan. Saya dan tim membangun Ricolala sejak awal perkuliahan semester 3, waktu itu sembari mengerjakan tugas Interaksi Manusia dan Komputer (IMK) yang diharuskan membuat produk yang memiliki value serta sustainability. Salah satu media kampus juga pernah meliput (baca beritanya: klik disini), di tahun 2015 s.d 2017 Ricolala pernah menjadi terkenal dan memiliki pengguna yang lumayan stable.  

Kini segalanya hanya tinggal cerita, saya bersyukur di masa remaja pernah melakukan berbagai eksperimen dalam dunia start-up. Yah... meskipun berakhir dengan tidak happy ending, seperti start-up yang saat ini sedang berkembang dan terus berkembang. Masa remaja yang saya miliki saya akui penuh dengan keringat, air mata, semangat berapi-api serta pencapaian. Namun perlahan saya menyadari satu hal, jika orang-orang sering menganggap bahwa life is a beautiful with an achievement, tapi menurut saya life is about ups and downs. Tidak menutup kemungkinan sesuatu hal yang dibangga-banggakan, dibangun sampai berpeluh-peluh nantinya akan hilang tersapu debu karena segalanya hanyalah titipan. Awalnya mungkin menduga tidak mungkin, tapi Allah berada di atas kehendak makhluk-Nya. Saya hanya dapat bersyukur karena Allah telah memberikan kesempatan bagi saya untuk menapaki jalan remaja yang seperti itu. Tidak berlebihan yang saya minta, hanya syukur dan syukur. 

Palembang menjadi saksi bahwa Ricolala telah dipindah kepemilikan karena jika selamanya berada di tangan saya, sepertinya akan lebih terpuruk dengan estimasi sumber daya yang saya miliki. Begitu dugaan saya saat itu, walau berulang kali ada pemikiran yang mendorong untuk memperjuangkannya, namun seberapa kerasnya berusaha tidak ada jawaban dari segala permasalahan. Hingga saya teringat akan sebuah petuah: jika kamu sudah memperjuangkan sesuatu dengan keras, namun tidak ada jalan keluar, letakkan urusan itu dan berusahalah kemudian. Namun jika dengan tidak ada jalan keluar juga, letakkanlah urusan itu selamanya dan sudah saatnya kamu menapaki jalan lain yang lebih bermanfaat bagimu. Urusan Ricolala adalah urusan duniawi meski ada embel-embel untuk mencerdaskan anak bangsa demi meraih kemuliaan di akhirat, tetapi Ricolala hanyalah sebuah produk fatamorgana meski dirasa nyata yang suatu hari bisa mengubah hari-hari dalam hidup saya menjadi lebih produktif atau sibuk puluhan kali sehingga dapat memecah pikiran dan mengganggu kewajiban sebagai mahasiswa dan muslimah. Akhirnya saya menyerahkan Ricolala pada pihak Bukit Asam Foundation agar dipelihara lebih baik. 


Bangunan dan danau itu adalah tempat yang saya tinggali saat itu, ada juga anggota tim dari Institut Teknologi Bandung. Jadi... satu rumah dihuni oleh lebih dari 1 orang. Seru sekali dan lebih mirip bootcamp daripada perlombaan aplikasi. Meskipun jauh di pelosok Indonesia, Tanjung Enim memiliki udara yang bersih, hawa yang asri, dan begitu membuka pintu belakang langsung disuguhi pemandangan danau yang epic luar biasa. Terkadang ada fauna yang tidak sengaja bertamu di sekitar danau, seperti ular dan kera. 

Selama di Palembang, saya dan tim Ricolala melakukan presentasi produk Ricolala serta menggelar pameran yang dihadiri oleh para siswa serta seluruh staf yang terlibat dalam acara ini. Hal yang paling disukai dalam rangkaian acara ini adalah menghias pameran. Setiap saya ikut suatu lomba aplikasi atau produk selalu mengincar kriteria lomba yang ada acara exhibition day. Di exhibition day, saya lebih ngerasa bebas dalam menuangkan segala ide dan adanya pendekatan dengan para pengunjung alias ngomong nggak berhenti hahaha! Saya tergolong orang yang suka berbicara sambil berkreasi, di tengah-tengah seriusnya menulis kode, saya pikir hal ini menjadi hobi yang sanggup merelaksasikan diri entah mengapa.  
 

Sebelum exhibition day, saya sempat membuat perintilan-perintilan untuk nantinya ditaruh di stand yang akan didirikan. Mulai dari pin, gantungan kunci, stiker, dan permen lolipop, saya mendesainnya sesuai dengan tema aplikasi yang sedang dibangun. Ricolala memiliki karakter brand, yaitu dr. Rico dan Lala, yang semuanya saya olah menjadi perintilan sebagai pemanis stand. Kira-kira semua perintilan ini dipersiapkan seminggu sebelum keberangkatan dan sempet juga kejar-kejaran sama perkuliahan, karena pada minggu-minggu itu saya dan tim sedang banyak-banyaknya kuis dan presentasi tugas. Mengurus kompetisi ini dicampur  perkuliahan menjadi minggu tersibuk sepanjang saya menjadi mahasiswa. Saking sibuknya, padahal jarak pulang ke rumah tidak sampai 5 kilo, tapi saya malah numpang menginap di tempat Panda untuk menyelesaikan tugas gunting-gunting stiker bersama semalaman. That was lunatic day, but I through it with laugh.



Agak nggak menyangka bahwa kami senekat itu berangkat dari Malang-Jakarta-Palembang, kemudian melalui perjalanan penuh drama ke Tanjung Enim. Banyak omongan yang beredar kalo perjalanan ke sana ada bus yang pernah dilempari batu, sampe kepala supir bus berdarah, tujuannya untuk penjarahan. Untungnya, Alhamdulillah, kami selamat sampai tujuan, meski saya sempat muntah karena supir travel yang kami tumpangi lumayan kasar ketika menyetir. 

Bertemu banyak orang Palembang yang super ramah, kami dijamu dengan sangat baik serta panitia acaranya baik banget, peduli sekali sama saya yang lemas tak berdaya, sampe dibawain teh anget, minyak gosok, dan perhatian-perhatian kecil lainnya. Saya sampai lupa  dengan apa yang telah terjadi di dua hari sebelum exhibition day, stand kami membeludak pengunjung! Super excited menjelaskan berbagai hal soal aplikasi yang kami bangun serta tak lupa selipan promosi merchandise (ups hahaha).


Setelah lelah menjalani exhibition day, kami diundang ke awarding night, sebenarnya nggak terlalu mengharap apa-apa sih karena kepala juri sempat bilang "Tim Ricolala ini sudah sering ikut lomba ya? Sementara mengalah dulu ya sama yang lain, mungkin malam ini belum bisa jadi juara" mungkin karena vibes kita yang sewaktu presentasi seperti prepared well atau bagaimana saya tidak tahu, wallahualam. Meskipun tidak menyabet juara 1, 2, atau 3 di kompetisi ini, Alhamdulillah, tim juri masih berkenan menyematkan Juara Favorit karena ternyata kami mendapatkan kunjungan stand paling banyak dan mendapatkan komentar positif dari semua pengunjung. MasyaAllah, all of this is more than enough! Karena semesta lebih tau siapa juaranya (wkwkw edisi menenangkan diri).


Steal your thought!


Dessy Amry Raykhamna