Rabu, 31 Januari 2018

Tips & Trik Meraih Band Score 9.0 di IELTS

Beberapa minggu yang lalu, saya mengadakan mini voting untuk postingan blog di bulan Januari 2018. Awalnya hasil voting didominasi oleh behind the scene tentang pengerjaan skripsi, namun tetiba jumlah voters untuk tips dan trik meraih band score 9.0 di IELTS mengejar topik sebelumnya sekitar 50 pengikut dari 101 viewers.  Ini di luar dugaan saya karena saya hanya menargetkan sampai 30 pengikut untuk ikut voting. Membaca pangsa pasar yang semakin haus akan kebutuhan tes kemampuan bahasa inggris, saya mencoba untuk menulis artikel click bait yang sebenarnya hampir tidak pernah saya ulas di blog pribadi. Mengapa saya tiba-tiba menjadi giat menulis ini? Sampaikan ilmu walau hanya satu ayat. Kata-kata ini seolah memaksa jemari saya untuk segera mengetik hal-hal penunjang dakwah di masa yang akan datang. 

IELTS atau International English Language Testing System merupakan ujian internasional giatan Inggris dan Amerika untuk mengukur kemampuan native atau non-native dalam hal berbahasa inggris. Jenis IELTS terbagi menjadi dua diantaranya Academic dan General Training. Bagi yang menginginkan lanjut bersekolah atau berkuliah ke luar negeri disarankan untuk mengambil Academic, sedangkan General Training biasanya diperuntukkan bagi yang ingin bekerja di perusahaan atau bermigrasi ke suatu negara dengan bahasa utamanya adalah bahasa inggris. Kedua tes ini mencangkup empat kemampuan, yaitu Listening, Speaking, Reading, dan Writing. Masing-masing kemampuan memiliki format tersendiri detailnya dapat dibaca disini. Secara kasar, IELTS sama halnya dengan TOPIK atau ALI, sama-sama tes kemampuan kemahiran suatu bahasa. TOPIK untuk mengukur kemampuan berbahasa korea dan ALI untuk mengukur kemampuan berbahasa arab. Semuanya memiliki peran penting tergantung kebutuhan masing-masing exam takers

Sebenarnya ketika saya membuat postingan ini ada sudut pikiran yang menyatakan ketidakpercayaandiri. Saat simulasi pertama kali, band score IELTS saya hanya 5,5 dan dominasi tertinggi terletak pada reading dan writing dengan band score 6,0, sedangkan listening sangat memprihatinkan yaitu 4,5 dan speaking diangka 5,5. Kemudian pada tes simulasi IELTS terakhir (katanya ini sangat potensius untuk the real exam dan kebanyakan test takers ketika pengujian real hasil yang didapat naik 0,5 sampe 1) yang saya ambil seminggu yang lalu, saya masih belum meraih perfect score di semua kemampuan, hanya writing dan reading yang mendapatkan band score 9.0, sedangkan listening dan speaking berada pada band score 7.0. Jika dirata-rata band score saya adalah 8.0. Kata orang-orang di sekeliling saya hal ini sudah lebih dari lumayan karena rata-rata orang Asia sekitar 7.0 hingga 7.5. Saya tetap bersyukur Alhamdulillah meraih band score sekian, meskipun tempat saya menempa diri sangat mengharuskan muridnya untuk meraih perfect score. Bahkan ada salah satu murid SMA yang hanya 7 kali mentoring band score-nya langsung 7.5 atau yang NOL dalam bahasa inggris dalam jangka waktu 4 bulan dapat meraih 9.0 atau yang paling menakjubkan, ujian GMAT dan IBT-nya hanya salah SATU buah soal di writing dengan mentoring selama 2 bulan  

Tentunya saya tidak akan sharing tentang meraih nilai GMAT atau IBT yang penuh perjuangan itu, saya hanya akan sharing tentang "bagaimana saya menaikkan band score IELTS beberapa kali lipat dari band score sebelumnya?"

1. Tetapkan tujuan dan milikilah kata-kata penyemangat
Sebelum bertempur lebih baik menetapkan tujuan kemana kita nantinya akan berlabuh, fokus kita dimana? Mengambil IELTS untuk sekedar ingin tahu atau bersenang-senang? Buatlah tekad yang kuat, jangan seperti kerupuk disiram air. Peliharalah semangat setiap hari, misalnya saya adalah IELTS Academic takers maka saya menulis di dinding kamar seukuran A3 atau lebih besar lagi "saya akan meraih band score 9.0 bagaimanapun caranya untuk mendapatkan predikat terbaik di mata dunia dan universitas yang saya tuju." Karena nantinya saya akan melanjutkan jenjang Strata-2, maka tuliskan semua kebutuhan dengan jelas di dinding kamar dan ketika bangun di pagi hari saya dapat melihatnya secara saksama kemudian muncul semangat baru.

Mimpi besar dan muluk tidak masalah, toh nantinya jatuhnya tidak jauh dari itu. Saya mengharapkan band score 9.0, tapi Allah menghendaki 8.0. Tidak begitu jauh bukan? Hal ini disebabkan best effort yang kita berikan adalah untuk meraih band score 9.0 bukan 8.0. Sebagai buzzer setiap harinya, saya membutuhkan asupan kata-kata penyemangat yang telah diteriakkan dari mulut atau sebut saja sebagai sumpah. Saya meyakini dua hal saat itu bahwa "saya hanya akan sukses ketika saya mampu untuk menjadi lebih baik dari diri saya yang kemarin" dan "jika saya lelah memperjuangkan suatu hal, berarti hal tersebut adalah sangat berharga." Setelah saya memasukkan kata-kata ini alam bawah sadar, saya merasa bahwa tidak ada yang mustahil di dunia ini karena sejujurnya saya tidak menyukai bahkan benci setengah hidup dengan bahasa inggris dan kini perasaan itu berubah menjadi cinta seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, segera temukan kata-kata penyemangatmu.

2. Pilih tempat kursus yang tidak abal
It is okay jika beberapa dari kita memilih untuk otodidak belajar semua kemampuan di IELTS. Tapi... ada hal yang perlu diketahui speaking dan writing tidak bisa dipelajari otodidak. Kedua kemampuan itu membutuhkan partner untuk mengoreksi salah pronounce, grammarparaphrase, atau idiom yang digunakan. Karena terkadang kita tidak menyadari apa yang diucapkan maupun ditulis beberapa detik yang lalu, benar tidak? Pilihlah tempat kursus yang tidak abal, jangan hanya tertarik diskon atau tawaran band score tinggi tanpa pembuktian yang relevan. Kita harus menjadi smart consumer untuk kurang lebih 3 juta dalam sekali tes IELTS. 

Banyak kursusan yang menawarkan macam-macam namun goal tiap murid belum tentu dapat diraih karena ada permainan bisnis di dalamnya. Bagi yang pernah berpengalaman melakukan pekerjaan freelancer di freelancer.com, ibaratnya nilai project yang akan kita biding harus relevan untuk membidik sasaran dengan tepat. Harga dan ilmu yang akan dihasilkan harus sepadan. Kata orang Jawa, rego nggowo rupo atau harga membawa rupa. Untuk usaha speaking, saya menempa diri dengan mengunjungi channel ETJ English dan mempraktekkan semua hal di dalamnya hingga menyetorkan hasil latihan ke Mr. Elliot sendiri melalui website teaching-nya dengan membayar sekian euro per jam. Berlatih aksen itu penting untuk menaikkan band score 0,5 sampai 1. Dalam usaha writing untungnya saya dibimbing dengan guru yang (menurut saya) sangat tepat. Beliau sangat ketat dalam mengoreksi punctuation, pemilihan lexical resource, dan menyarankan saya untuk tidak selalu direct translation agar hasil tulisan tampak seperti native writing

Terkadang beberapa dari IELTS taker mengeluh akan biaya untuk kursus dan hal yang terkait dengannya. Sebenarnya biaya ini dapat dicicil selama kita berkuliah di Strata-1, dapat dengan menyisihkan uang bulanan, uang beasiswa, atau pendapatan selama menjadi freelancer atau part-timer. Visi yang kita himpun harus jauh, jadi tidak ada alasan lagi untuk mencari tempat kursus yang relevan dan tidak abal. 

3. Deteksi kemampuanmu 
Baik otodidak maupun kursus, kita dapat mendeteksi kemampuan melalui pre-test yang dilakukan bersama diri sendiri. Kita harus menjadi sadar diri. Biasanya kesusahan terbesar IELTS takers adalah tidak mengetahui di lini mana seharusnya dia berada karena egonya lebih berkuasa dibandingkan dirinya. Dari pre-test tersebut, kita akan mengetahui seberapa mampu dan waktu yang dapat ditempuh untuk menguasai 4 kemampuan dalam IELTS. Saya akui, saya memiliki porsi yang berbeda-beda untuk memahami tiap-tiap kemampuan.  Kemampuan terendah saya adalah di listening, selama tiga hari saya menyusun materi yang cocok untuk diperdengarkan selama 1 bulan ke depan dan listening dapat dikembangkan secara otodidak. 

Saya memahami bahwa listening dengan band score 4,5 di awal membutuhkan usaha yang besar untuk merangkak naik ke 5,0, 6,0, hingga 7,0 sehingga saya mendedikasikan pagi hari (pukul 5 hingga 11) dan disambung sore hari (pukul 3 hingga 5) hanya untuk listening. Materinya dapat berupa film, lagu, materi TEDx, atau soal listening IELTS. Untuk writing hampir setiap malam saya membuat essay mulai pukul 8 hingga 10 selama 2 bulan, yang hasil essay tersebut akan disetorkan kepada guru writing pada siang hari. Untuk reading, saya merampas 1-2 jam di tiap weekend atau waktu kosong untuk membaca koran, novel, dan jurnal berbahasa inggris untuk memberikan stabilo pada vocabulary, word form, word choice, pemilihan conjuction, dan cara mereka menuliskan suatu kalimat sehingga tidak menyebabkan direct translation

4. Buatlah catatan untuk bakat dan kelemahanmu 
Hal ini sangat penting untuk mengingat dimana letak hal-hal yang harus ditingkatkan. Saya menyediakan 4 buku untuk merangkum masing-masing kemampuan. Apa yang dikatakan orang sekeliling dan guru tentang saya selama IELTS, saya catat atau ketika menemukan kosakata baru di koran, novel, atau jurnal langsung saya tulis pada buku yang merangkum kemampuan reading, seperti itu terus berulang-ulang hingga hari H tes. Bahasa inggris bisa jadi adalah talent bagi beberapa orang, namun bagi yang tidak menyenanginya juga dapat membuatnya beralih menjadi mencintainya. Unfortunately, that is true! 

Ketika band score writing kita telah mencapai 6.0, segeralah untuk mempelajari buku karangan L.G Alexander dan catat caranya memodifikasi suatu kalimat serta hafalkan idiom untuk menaikkannya menjadi 7.0.  Tidak masalah untuk mempelajari writing dahulu sebelum reading. Dari writing, secara tidak sadar, kita akan termotivasi untuk membaca banyak buku sebagai bahan kepenulisan, right?

5. Naikkan bakatmu dan latihlah kelemahanmu
Sudah mengetahui bakat dan kelemahan, kemudian apa? Bakat harus terus diasah dan kelemahan harus dilatih untuk meningkat. Misalkan kita berbakat diwriting maka kita harus mencari guru yang tepat yang sekiranya mampu meningkatkan gaya penulisan serta ragam lainnya dikepenulisan. Saya merekomendasikan thewritingcoachmalang, dengan mesin interpreter yang dimilikinya kita dapat mengoreksi tulisan essay, paper, atau jurnal. Jika membutuhkan writing guide bisa langsung booking dalam 24/7 dan meeting point-nya bisa dimanapun (restaurant, mall, asalkan masih dalam lingkup kota malang) dengan membayar per jamnya. Untuk di luar malang bisa guiding melalui Skype. Begitu pula dengan titik lemah, misalkan kita sukar untuk listening maka kita dapat melatihnya secara otodidak namun berulang-ulang dan konsisten.    

6. Buatkan dirimu jadwal
Sudah ada keniatan untuk menaikkan bakat dan melatih kelemahan, lantas apa? Asahan bakat dan latihan kelemahan tidak mungkin berhasil jika tanpa diberikan porsi waktu yang cukup. Buatlah jadwal besar di kertas A3 mulai senin hingga minggu. Misalnya, saya memiliki kelemahan di listening dan biasanya berdampak pada speaking atau lebih dikenal active subject in english, sehingga saya memiliki susunan menu di setiap bulannya:

Bulan ke- 1: Lakukan creambath sebelum simulasi dan konsultasikan telinga ke dokter THT. It is okay. Mungkin ini hal yang remeh, namun apa salahnya untuk dicoba. Setelah telinga dibersihkan, saya dapat mendengar pronounciation lebih baik daripada sebelumnya. Sebelum melakukan tips ini, saya bertanya pada teman-teman yang mengambil kelas listening for SAT, IBT, GRE, and GMAT yang membutuhkan standar score yang tinggi untuk lolos di Harvard, Oxford, NUS, UCLA, MIT, dan beberapa universitas di dunia dengan kapasitas penerimaan yang ketat. Jika dibandingkan dengan keempat ujian tersebut, IELTS tampak luar biasa mudah. 

Rata-rata mereka mengatakan listening lebih terdengar jelas setelah telinga dibersihkan. Setelah itu, cobalah mendengar lagu, percakapan radio (radio BBC atau radio VOA), pidato di channel TEDx, menyalin lirik lagu (buatlah daftar 10 lagu untuk dihafal dan disalin liriknya), dan mencatat vocabulary pada film yang telah ditonton (buatlah daftar 10 film untuk ditonton). Dalam menonton film tidak asal menonton, ceritakan kesimpulan atau interpretasi jalan cerita dari film tersebut dan lakukan dengan menggunakan bahasa inggris. Perhatikan pula pronounciation yang dipelajari melalui channel ETJ English. 

Bulan  ke- 2:  Lakukan setiap seminggu sekali untuk simulasi dengan native secara online atau coach di tempat kursusan. Hal ini akan menaikkan band score setidaknya 0,5 setiap minggunya. 

Bulan ke- 3: Perbanyak jam terbang dengan berlatih variasi soal dan perbanyak membaca koran berbahasa inggris dengan suguhan lexical resource yang sulit serta susunan penulisan yang tidak biasa, seperti mengandung unsur abridgment dan break down-nya. Ini dapat membantu untuk writing sehingga tidak tampak direct translation ketika menuliskannya.

Jadwal ini dapat dipercepat jika kemampuan listening yang dimiliki paling tidak 6.0. Saya mengasah sekitar 3 bulan untuk mendapatkan listening dengan band score 7.0, terhitung sejak Oktober hingga Desember 2017. 

6. Fokus dan hilangkan kebiasaan malas
Fokus adalah hal yang paling terpenting dari yang terpenting. Persiapan ujian IELTS mirip dengan ujian skripsi, unas, sbmptn, atau semacamnya. Tidak bisa dibarengi dengan apapun untuk mendapatkan perfect score. Katakan selamat tinggal pada liburan, santai-santai, dan apapun hal dunia yang tidak berkaitan dengan IELTS. Nonaktifkan sosial media untuk beberapa saat dan hanya membukanya di hari libur atau weekend adalah senjata terampuh. Karena sosial media biasanya sering membuat kita menjadi malas bergerak; melihat feeds orang lain sambil mengiri kemudian membandingkan dengan diri kita, muka pengen melihat teman berlibur ke Jepang, dan perasaan tidak mutu lainnya. Hanya irilah atau cemburulah pada 3 hal: sedekahnya, ibadahnya, dan taatnya. Genggam ini dan tanamkan pada jiwa raga perjalanan menempuh persiapan ujian IELTS akan lebih tidak hambar. Percayalah. 

7. Berdo'a dan berserah diri
Bagaimana pun usahanya jika tanpa do'a tidak akan pernah membawa berkah di dunia maupun di akhirat sekalipun. Perbanyak do'a, karena hanya Dia yang mampu membolak-balikkan hati penguji. Selamat berjuang.


Steal your thought!

Dessy Amry Raykhamna


Selasa, 16 Januari 2018

Deposito Pribadi Selama Berkuliah

Akhir-akhir ini, saya sering melakukan blogwalking ke beberapa senior blogger yang inspiratif. Salah satunya adalah mbak Twelvi. Salah satu postingannya di bulan November memaksa saya untuk mengingat momen-momen ketika awal-awal menyelami masa perkuliahan. Postingannya tersebut sekaligus mengingatkan saya pada salah satu teman yang tetiba bertanya melalui Direct Message "bagaimana sih caramu menabung selama berkuliah?" dan "bagaimana kamu bisa bagi waktu antara part-time worker dan kuliah? Tugas-tugas kuliah kan banyak banget, susah juga kalo disambi". Saya tidak ingat detailnya, intinya teman ini menanyakan "kenapa saya mempunyai tabungan seusai lulus?"

Saya harus kembali ke masa mahasiswa baru untuk menceritakan tentang niat awal menabung. Sekitar Agustus di 2013 ketika ospek universitas, panitia menyuruh seluruh mahasiswa orientiasi untuk membuat daftar 100 mimpi. Waktu itu saya menuliskan mimpi  ke- 79, yaitu keliling Eropa seusai lulus. Impian yang tertulis singkat, namun butuh usaha yang besar untuk mencapainya. Walaupun belum tercapai hingga saat ini, tapi.. berkat mimpi tersebut saya menjadi giat menyisihkan IDR 20.000 atau 50.000 setiap harinya. Jika tidak mendapati uang IDR 20.000 atau 50.000, saya menyisihkan uang bulanan sekitar 50%.  Karena ganjaran setelah lulus adalah Eropa, saya tidak akan menyia-nyiakan uang sepeserpun dan setiap pengeluaran saya rincikan dalam general ledger. Dengan sistem general ledger, saya mengetahui dana beku dan fungsionalitas dana yang dibelanjakan setiap hari.

Mulai semester 1 hingga semester 4, saya menjadi perantauan di Kediri. Meskipun kotanya jarang mall dan tidak memerlukan budget yang besar untuk makan atau tinggal, seorang perantau harus tetap jeli dalam mengatur keuangan tidak bisa sertamerta hidup hedon setiap hari. Saat itu, saya mendapatkan supply dana bulanan dari orang tua sebesar IDR 1,350,000 per bulan untuk menyewa kos sebesar IDR 350,000, makan satu bulan IDR  250,000, fotokopi dan urusan perkuliahan IDR 200,000, transport IDR 50.000, pengembangan diri (workshop/seminar/kompetisi/buku/hobi/hiburan) IDR 100,000, dana darurat IDR 100,000, dan dana beku IDR 300.000. Dana darurat dapat dijadikan infaq, jika sehat wal afiyat dalam sebulan. Dana beku merupakan dana yang tidak boleh dicairkan bagaimanapun kondisinya atau istilahnya deposito pribadi. Dana beku ini hanya bisa dicairkan setelah 4 tahun perkuliahan saja dengan syarat kepengurusan kesehatan, paspor, visa, dan beberapa dokumen penting. Yang terpenting, bagaimanapun kondisinya seorang perantau harus memegang komitmen. 

Setelah dihitung-hitung, ternyata tabungan yang mengandalkan dana beku hanya mencapai IDR 3,600,000 per tahun dan tentu saja Eropa tidak semurah itu. Saya kembali memutar otak bagaimana tidak memangkas alokasi dana, namun tetap mencapai target sampai 10 juta per tahun? Satu-satunya cara adalah menjadi part-time worker. Entah berada di perusahaan fisik atau remote, pekerjaan ini harus dilakukan sehingga pendapatan dari part-time dan dana bulanan dari orang tua dapat digabung menjadi dana saku bulanan dan ditabung sekitar 50%. Saya mencoba pekerjaan remote sebagai junior programmer di salah satu software house dan menjadi part-time wartawan di salah satu koran nasional dengan pendapatan tidak menentu. Pendapatan junior programmer sekitar IDR 2,100,000 per bulan dengan jam kerja 18 jam seminggu. Dana beku menjadi bertambah sebesar IDR 2,400,000 per bulan. Jika dikalkulasi, maka saya dapat menabung IDR 28,800,000 per tahun, sedangkan pendapatan dari wartawan sebesar IDR 600,000 per bulan (termasuk iklan dan berita) saya alokasikan untuk pengembangan diri termasuk alokasi pembelajaan buku dan hiburan.    

Bagaimana makan dengan IDR 250,000 per bulan meskipun di kota kecil? Bisa jadi ini pertanyaan paling potensial ditanyakan atas rincian di atas. Bahkan ketika usia 16 tahun, saya pernah menganggarkan makan per bulan sebesar IDR 200,000. Saat itu sedang merantau 3 bulan di Yogyakarta. Seperti yang dikatakan Mas Danton dalam Wikufest 2012pemilik jagoanhosting.com, sekaligus alumni dari sekolah menengah saya dulubahwa menciptakan kondisi kepepet dapat memaksa kita untuk berkembang dan (waw) kalimat itu bukanlah ucapan belaka melainkan mengandung daya magis yang kuat. Dengan IDR 250,000 bukanlah mustahil saya membelanjakan sayur sop, jamur, egg roll, chicken nugget, bayam, sayur asem, tempe, tahu, telur 1/4 kg, tepung, madu, ayam, udang, ikan tongkol, ikan pindang, dan bumbu dapur (bawang putih, bawang merah, garam, gula, merica, cabe, dan saus tiram). Saya mengusahakan tidak membeli mi instan, saya berkomitmen alokasi pembelian mi instan digantikan dengan jus buah setiap bulannya. Dalam setahun mungkin hanya 1-2 kali saya merebus mi instan. Semua bahan makanan harus dibelanjakan di pasar tradisional atau mlijo yang biasanya lewat di sekitar perumahan. Saya selalu membawa bekal seminggu 5 kali selama berada di kampus. Makan di kantin mungkin hanya 1-2 kali per bulan atau makan di luar kampus hanya 1-2 kali per bulan. 

Kenapa saya seperhitungan itu dengan uang? Dapat dikatakan, saya berasal dari keluarga (yang mungkin) cukup, saya bisa saja meminta ini-itu kepada orang tua. Tapi... saya cukup sadari diri bahwa semua harta adalah milik orang tua, sebagai anak hanya 'numpang'. Terkadang saya menggunakan tas atau sepatu yang sama selama setahun, bahkan sampai lulus hanya satu atau dua kali mengganti tas atau sepatu dikarenakan rusak atau sudah tidak layak pakai (punya lubang dimana-mana). Saya dididik semenjak sekolah dasar untuk selalu prihatin karena masih dalam rangka mencari ilmu. Meskipun punya uang lebih, sebaiknya ditabung jangan terlalu dihamburkan untuk membeli barang yang nonfungsional, misalnya jam tangan merek terkenal X harus beli karena tren atau semacamnya. Dalam membeli kita harus menjadi smart buyer, belilah berdasarkan kebutuhannya bukan berdasarkan tren.

Sekarang deposito itu akan dianggarkan untuk apa? Selepas lulus kuliah, Alhamdulillah deposito pribadi yang dikumpulkan semenjak semester 1 masih tetap utuh, meskipun saya pernah menguranginya untuk kepengurusan visa Amerika pada Januari 2017. Sembari menunggu entering university for fall 2018 nanti, deposito pribadi ini akan saya pergunakan untuk mewujudkan mimpi ke-79 itu yang diagendakan bulan April mendatang (semoga tidak ada hambatan apapun ya Allah).  Segala mimpi butuh penantian, mimpi saja dulu urusan terkabulnya pasrahkan pada Allah. 


Steal your thought!

Dessy Amry Raykhamna


Sabtu, 13 Januari 2018

Buku Catatan untuk 2018


2018 dapat menjadi awal kemungkinan dari pengembaraan saya selama ini. Membangun karir, meniatkan diri untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, menemukan jodoh, dan mengeklaim hobi baru. Semuanya merupakan resolusi (insyaAllah) akan ditekuni selama tahun ini. Karena visi dan misi yang semakin bertumpuk ketika hanya dipikirkan, saya memutuskan untuk membuat buku catatan di 2018. Melalui buku catatan ini, saya berharap mampu merelaksasikan serta meningkat sisi kreatifitas dalam diri. Perencanaan dan perjalanan yang akan dan telah dilakukan pada tahun ini, hal-hal tersebut didokumentasi dalam sebuah buku catatan. 

Sekitar tiga bulan yang lalu, saya mengikuti pre-order washi tape dan sticker. Ketika mencoba mengeksplor feed pagi hari, saya terbelalak dengan postingan dari Anna Suna yang menyinggung tentang Bofa Huang, Pinkoi, dan traveler note. Bofa Huang, seorang ilustrator dari Taiwan yang mencetuskan brand La Dolce Vita (La Dolce Vita: klik disini). Keberaniannya untuk hengkang dari dunia industri dan drop-out dari college, menimbulkan ide untuk menciptakan fashion identity dari La Dolce Vita yang dipasarkan melalui Pinkoi dan berakhir laris di pasaran hingga saat ini. Saking larisnya, ilustrasi dari brand tersebut  diterapkan di berbagai stuff, mulai kertas surat-menyurat, tas, kotak pensil, sampul buku, hingga selotip. Selain sebagai seller, Anna Suna juga menggunakannya untuk menghias traveler note miliknya. Berkat sebuah feed di pagi hari, akhirnya saya mengajukan pre-order untuk Midori TN yang sebenarnya sudah ada keniatan jauh-jauh bulan karena harganya lumayan menguras tabungan mahasiswa maka diurungkanlah niat tersebut (hahaha). Even so, today I gladly build the decision to choose one for welcoming 2018!



Setelah menunggu sekian minggu, Midori TN atau buku catatan untuk 2018 akhirnya datang. Bagi saya, hari itu merupakan hari yang paling bahagia selama berada dalam dunia journaling. Ditambah lagi, seorang kurir memberikan surat dari Belgia di siang yang terik. Ketika membuka suratnya, saya bertambah bahagia (hanya dengan surat, Allah berikan rasa bahagia yang meluap dalam hati, Allahuakbar walhamdulillah) karena teman seangkatan, Vincentiayang telah mendahului untuk menempuh S2 di bangsa Frank, mengirimkan kartu ucapan ulang tahun dan dedaunan musim gugur dari Eropa. MasyaAllah. Betapa banyaknya teman yang perhatian pada saya meskipun jaraknya begitu jauh. Terkadang silaturahmi itu unik, mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Saya rasa hal tersebut kerap terjadi di sepanjang akhir 2017 hingga awal 2018. 



Beberapa keluarga dan teman sempat bertanya apa kegunaan Midori TN dan bagaimana menggunakannya? sebagian lain juga mempertanyakan apa faedahnya dari memiliki buku catatan dengan harga yang cukup mahal bagi mahasiswa? 

Kegunaan Midori TN 
Mungkin penggemar surat-menyurat atau menulis buku diary merupakan seorang introvert yang lebih rileks atau lebih terbuka dalam menuangkan ide-idenya melalui pena. Midori TN adalah salah satu merk buku catatan khusus traveler untuk menampung  curahan ide yang disalurkan melalui pena tersebut. Tentu saja tidak hanya untuk seorang introvert, para extrovert juga dapat menggunakannya sebagai buku pengingat harian. Sebenarnya jenis-jenis buku catatan ini ada banyak, seperti ring bound, book bound, spiral bound, discbound, dan bullet journal. Tergantung dari kebutuhan kita ingin menggunakan jenis seperti apa. Kebetulan untuk tahun ini saya memilih Midori TN sebagai buku catatan kemana-kemana. 

Bagaimana menggunakan Midori TN?
Midori TN sering digunakan oleh traveler sebagai buku perencanaan atau dokumentasi perjalanan. Juga, beberapa channel YouTube telah menjabarkan banyaknya kreasi yang dapat dilakukan jika telah memiliki Midori TN, seperti channel Tokyo Pen Shop dan Kaufmann. Mereka memiliki ide-ide kreatif untuk membuat buku catatan mirip dengan gayanya. Sebagai seseorang yang gemar meminimalkan budgeting setiap harinya, lebih baik buatlah isian Midori TN dengan kekuatan Do It Yourself (DIY). Meskipun isian Midori TN dijual bebas dan dapat dijangkau oleh kalangan mahasiswa, namun saya menyarankan untuk mengantisipasinya sesekali. Seperti yang dikatakan Abbey Sy dalam bukunya The ABCs of Journaling, buatlah layout buku catatan tampak acak karena hal itu lebih mirip seni. Misalkan ketika kita sedang meminum secangkir macchiato, tetiba tersenggol ketika hendak mengambil kentang goreng atau kudapan nachos sehingga kertas dari Midori TN ternodai oleh air kopi maka biarkanlah seperti itu. Jangan disobek ataupun dibersihkan karena hal tersebut akan menambah seni dari halaman buku catatan. Selanjutnya, sebuah DIY akan membuat kita mudah dalam mendefinisikan pemikiran-pemikiran pribadi.  

Membuat isian Midori TN menjadi lebih mudah ketika kita mengumpulkan kertas-kertas bekas kemudian dikombinasi dengan recycle stuffs, seperti bekas sampul jilidan skripsi, pembatas buku, kertas kado random, kardus bekas, penjepit kertas yang telah berkarat, tali rotan bekas exchange mail, atau dedaunan kering yang jatuh di jalanan. Intinya, jelilah melihat sampah dan peluangnya di sekitar kita. 

Memiliki Buku Catatan Mahal, Lantas?
Jika disurvei di pasaran harga Midori TN sekitar U$D 59,78 atau jika dikurskan sekitar IDR 767000. Bagi penduduk di negara berkembang, harga segitu memang tergolong harus berpikir terlebih dahulu untuk membelinya. Berbeda dengan penduduk negara maju, harga tersebut sangat relatif dan terjangkau. Menurut saya sebagai mahasiswa pertengahan (cross country), harga tersebut tidak terlalu mahal juga tidak terlalu murah. Mengapa dikatakan demikian? Karena halaman depannya berbahan kulit, kertasnya juga tidak abal dan adaptability dengan berbagai cat, produksi impor dengan the best quality, dan mudah diisi ulang, saya rasa harga patokan tersebut sudah sewajarnya. Dalam setahun, saya berharap dengan tampilannya yang semi-elegan dapat memberikan asupan inovasi serta kreatifitas yang cukup. Jika dicicil setahun, harga Midori TN tidak berbanding apapun dengan inovasi atau kreatifitas yang telah dituangkan ke dalamnya. 


Setelah ini apakah sudah memiliki semangat untuk memulai journaling di 2018? Buku catatan seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan Anda? Cari saja secara perlahan. Saya berharap kegiatan journaling di 2018 dapat berlangsung berulang-ulang dan menjadi hobi baru untuk menghabiskan weekend di tahun ini. Karena melakukan evaluasi diri setiap harinya merupakan prioritas yang sangat penting untuk menjadi lebih baik dari yang kemarin.


Steal your thought!

Dessy Amry Raykhamna

Pengalaman Wawancara dengan Perusahaan Asing

Sepertinya postingan kali ini sedikit mengingkari dari postingan sebelumnya. Sekitar dua bulan yang lalu, saya mengalami keresahan tiada henti antara tetap berada di track start-up atau melepaskannya kemudian mengikuti incubator company. Keresahan yang saya alami benar-benar tidak karuan karena hal ini berkaitan dengan reputasi produk yang sedang dikembangkan sejak bertahun-tahun yang lalu. Menurut saya, masalah Ricolala dan beberapa start-up di bawahnya semakin mengikis sumber daya manusia dan pendanaan (funding). Saya bersedia memperjuangkan, sedangkan timnya sudah merelakan untuk bubar dan persediaan dananya sudah mencapai limit. Membangun start-up memang banyak melatih kesabaran, kegigihan, dan keberanian untuk menjaga komitmen serta mengambil resiko. Masalah semakin keruh ketika saya bertanya saran pada tim "kira-kira 10 tahun ke depan Ricolala dan start-up di bawahnya akan jadi apa?" mereka hanya terdiam. Mengapa saya bertanya demikian? Karena hari itu sedang berada di ujung teluk dan adakalanya kenangan masa-masa kuliah tidak dapat dibawa kembali ke dunia selepas sarjana. Dengan berbagai pertimbangan dan rasa berat hati, akhirnya saya memilih untuk melepaskannya. 

Setelah Ricolala dan beberapa start-up dilepaskan, waktu yang saya miliki semakin bebas dan tidak terikat. Saya dapat menjalankan hobi dengan tenang dan (bersyukur) mendapatkan waktu menganggur sejenak sambil menunggu beberapa uncertainty dari lowongan incubator company. Sebenarnya jauh-jauh minggu sebelum saya memiliki keberanian untuk melepaskan Ricolala dan beberapa start-up, saya telah mencoba memasukkan portofolio ke beberapa senior company, seperti Lenovo dan Perficient. Keduanya merupakan perusahaan IT yang sangat potensial di Chicago dan South Carolina dan saya berharap dapat menghasilkan U$D 110,000 per tahun melalui mereka. Namun harapan hanya tinggal harapan, mereka sudah mendapatkan kandidat full time worker untuk bagian Front-End Developer dan saya ditawarkan untuk menjadi remote worker dengan pendapatan U$D 12,000 dalam 15 jam seminggu. Bagi pekerja Indonesia pendapatan per minggu sekitar 156 juta adalah lebih dari lumayan, namun bagi pekerja New York pendapatan itu akan habis untuk biaya hidup (living cost) dalam waktu 7 sampai 14 hari. Setelah penuh pertimbangan dan kalkulasi yang matang, saya menolak tawaran tersebut dan memilih menjadi Front-End Developer lepas di freelancer.com dan simply hired dengan pendapatan U$D 550 per jam. Sejujurnya bekerja sebagai Front-End Developer lepas lebih mengkhawatirkan karena pendapatan tidak tetap dan host company dapat langsung cut di tengah-tengah pengerjaan project dengan developer.  Prediksi saya, pekerjaan ini mungkin hanya mampu berjalan sepanjang Desember hingga Januari. 

Entah bagaimana Allah mengaturnya hingga tiba hari ini, panggilan wawancara dengan incubator company milik Malaysia untuk posisi UI/UX Designer. Sebenarnya meeting point-nya di Jakarta, tapi karena jarak dan berbagai alasan lainnya, saya terpaksa mengajukan wawancara remote melalui Skype yang akhirnya berlangsung dengan penuh drama di pagi hari. Mulai suaranya yang tidak terdengar, lighting-nya buruk, muka terlihat hitam (ampuni kamera depan tab saya memang sudah saatnya butuh pengganti), dan sederetan drama lainnya. Ribet tapi yah.. Alhamdulillah setidaknya saya telah melalui fase ini (hahaha). Setelah wawancara yang berlangsung sekitar 28 menit (waktu asli adalah 30 menit) saya merasa dua kali lebih lega, karena telah mencurhatkan segalanya mulai kegagalan sampai keberhasilan, mulai masa lalu sampai masa depan. Saya diwawancarai oleh 2 orang dari pihak Human Research Development dan Business Development & Start-up Manager. Kira-kira seperti ini pertanyaan yang diajukan (similar cheat sheet: klik disini):

1) Siapakah diri Anda?
Saya menjawab dengan nama dan menguraikan sedikit essay, kemudian dilanjutkan dengan beberapa pertanyaan: apakah Anda lulusan universitas X? tinggal dimana? dan seputar hal yang berkaitan dengan personal details.

2) Mengapa Anda memilih posisi UI/UX Designer?
Passion. All is caused by passion. It brings me to reach the position. Terus saya juga cerita bagaimana saya mengetahui bahwa hal tersebut adalah passion yang akhirnya dimiliki. Mengalami banyak jatuh bangun di dunia start-up selama 3 tahun, saya sempat diragukan oleh pihak Business Development & Start-up Manager karena beliau melihat passion saya bukanlah designer melainkan enterpreneur.

3) Bagaimana posisi tersebut cocok untuk Anda?
Pertanyaan ini sepertinya cukup teralihkan karena saya menjawab dengan passion

4) Project apa saja yang pernah Anda kerjakan?
Saya menjabarkan project-project ringan mulai awal semester hingga akhir semester yang berbasis research dan rata-rata yang dikerjakan berbasis education and social life

5) Apa yang Anda pelajari dan lakukan selama berkuliah?
Inilah mengapa para keynote speaker di berbagai workshop dan seminar sering mengatakan "jangan hanya berkuliah, usahakan mendapatkan skill lebih selama mengenyam pendidikan 4 tahun. Dapatkan passion Anda disana dan nikmatilah prosesnya karena hanya di dunia perkuliahan kita dapat mengeksplor dan mengembangkan diri sesuka hati" atau nasihat yang sering diteriakkan selama ospek "jangan hanya menjadi kupu-kupu (kuliah kemudian pulang, udah) jadilah kura-kura (kuliah kemudian rapat, agar ada fase selanjutnya)". Untungnya, jauh-jauh semester saya telah menerapkannya dan Alhamdulillah ada bahan untuk dicurhatkan pada orang lain.

6) Apa wireframe yang pernah Anda gunakan selama ini?
Saya menjawab jujur: tidak ada, hanya Axure RP yang saya gunakan. Kemudian beliau menjawab, tidak apa-apa bisa dipelajari kok diinternet. Jawab apa adanya lebih bernilai, jika tidak memiliki pengalaman yang ditawarkan sebaiknya tidak perlu dibesar-besarkan. 

7) Apakah Anda memiliki geng selama berkuliah?
Saya tidak memiliki geng, hanya saja saya tergabung dalam komunitas. Itulah yang saya katakan. Sebenarnya lumrah-lumrah saja kita memiliki geng, tapi saya lebih setuju memiliki komunitas. Di dalam komunitas kita dapat belajar banyak hal, mulai melakukan hobi bersama-sama sampai berdiskusi, kesannya lebih positif. Yah... walaupun sejak awal semester, saya memiliki catatan daftar teman untuk dikenal dan diblacklist bukan pemilih tapi untuk membesarkan networking karena Oprah Winfrey pernah berpesan "kelilingilah dirimu hanya dengan orang-orang yang akan mengangkatmu lebih tinggi." Bisa dikatakan, mulai titik itu saya merasa harus memahami bermacam-macam manusia. 

8) Bagaimana lingkungan memandang Anda?
Sepertinya saya hanya menjawab satu kalimat: jika saya sendirian (bersama hobi), saya menjadi introvert namun jika telah keluar (tidak bersama hobi), saya menjadi extrovert. Intinya kata kolega, saya dapat menyesuaikan porsi masyarakat. 

9) Bagaimana keluarga Anda?
Saya menjawab dengan sangat apa adanya. Ayah seorang pengajar dan Ibu seorang ibu rumah tangga, saya memiliki 2 adik laki-laki. Adik pertama saya merupakan penderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Selanjutnya, saya menjabarkan apakah ADHD itu dan seterusnya. Inilah yang menjadi motivasi mengapa selama ini saya mengembangkan aplikasi di ranah education and social life.

10) Apakah Anda pernah bergaul dengan kumpulan non-akademis?
Saya sedikit memberanikan diri untuk menjabarkan dunia wartawan yang sebenarnya seperti apa. Ada yang 'ngobat' juga dan sebagainya dan saya menerima lingkungan seperti itu. Kemudian pihak HRD juga mempertanyakan lebih tentang bagaimana saya bekerja dan berita apa yang biasanya saya tulis.  

11) Apakah Anda memiliki keahlian lain selain design?
Melukis, snailmailing, memahat, dan seputar itu. 

12) Saya rasa Anda adalah seorang dengan banyak ide, apakah selama ini Anda pernah merasa (benar-benar) bahagia?
Yah, saya bahagia ketika melakukan hobi-hobi saya. Seperti bertukar surat around the world, karena disana terdapat banyak kisah yang diceritakan oleh orang-orang di seluruh dunia. Terkadang mereka bertanya, saya memberi masukan atau bahkan sebaliknya. Bagi saya, mendengar cerita orang lain merupakan suatu pembelajaran yang menyenangkan. 

12 pertanyaan yang membutuhkan pemikiran matang serta cepat, saya sedikit terhenyak pada pertanyaan nomor 12 yang sangat khas HRD. Maksud dari pertanyaan tersebut sebenarnya adalah Anda memiliki cukup banyak pencapaian dan pengembaraan yang dilakukan, apakah dengan itu Anda pernah bahagia? Saya tergelitik untuk menjawab saya rasa semua itu hanya untuk kepuasan sesaat, bahagia yang sesungguhnya (menurut saya) adalah ketika semua hal yang saya lakukan hanya karena AllahCinta karena Allah dan mendedikasikan semuanya karena Allah, seperti Rasulullah yang mengkhawatirkan umatnya lebih dari apapun. Namun let it flow saya hanya pasrah setelah seluruh ikhtiar yang dilakukan selama bertahun-tahun. Mulai mencoba terjun ke dunia jurnalis sampai mengikuti berbagai kompetisi nasional hingga internasional yang sebenarnya batasan 30 menit adalah waktu yang kurang untuk menceritakan seluruh perjuangan dengan keringat dan air mata.  Intinya, jadilah diri sendiri dan apa adanya ketika melakukan wawancara serta tuangkan semua yang ada di kepala selama ini, maka setelah wawancara akan merasa lega karena baru saja dunia mengenal Anda. 


Steal your thought!

Dessy Amry Raykhamna


Rabu, 10 Januari 2018

Berkunjung ke Kampoeng Arborek

Banyak hal-hal tak terduga yang terjadi di 2017. Selain terlibat dalam konferensi paper dan kompetisi, Allah memberikan kesempatan untuk berlibur sejenak ke Raja Ampat, Papua Barat.  Sebenernya ini bukan liburan, hanya saja saya diminta Ayah dan grup Hukum Tata Negara Indonesia untuk menjadi moderator dalam rangka penyajian materi "Pilar-pilar Kebangsaan" di Universitas Cendrawasih. Biasanya Ayah menunjuk mahasiswanya untuk ikut serta, tapi kebetulan saya (hanya sedang) mengerjakan skripsi saja kala itu dan tidak ada tanggung jawab lain yang sedang saya pegang, begitu mungkin pikirnya hingga tetiba mengamanahkan peran itu. Singkatnya, malam hari saya mempersiapkan dokumen dan mempelajari materi Hukum Tata Negara secara mendadak. Walaupun peran saya hanyalah moderator, namun ada sesi debat terbuka antara akademisi, pejabat, dan pengembang. Mau tidak mau saya harus mempelajari keseluruhan; filosofi, abstraksi, konstruksi, hakikat, contoh konservatif, dan sebagainya. Malam hari seakan belum cukup, saya melanjutkan untuk mempelajari di ruang tunggu bandara, rumah inap, jalan, warung, dan dimana pun saya singgah termasuk kamar mandi. Saya tahu konsekuensi dari amanah ini, jadi orang yang beda dalam sehari. Berat dan agak muluk.

Meskipun demikian, Alhamdulillah segala ujian terbayar karena saya mendapatkan izin untuk menggunakan waktu kosong setengah hari (sebelum besoknya kembali ke Makassar). Awalnya Ayah keberatan untuk memberikan izin dengan alasan sedang di luar Jawa, tapi saya mencari alasan macam-macam dan akhirnya diizinkan (yay). Di waktu kosong saya mencoba untuk lepas dari itinerary rombongan dan mengeksplor secara introvert Kampoeng Arborek. Mengapa? Mungkin karena ada tekad yang menyatakan bahwa tahun ini dapat menjadi kesempatan terakhir sebelum meninggalkan Indonesia untuk waktu yang lama di tahun berikutnya. 



Kampoeng Arborek merupakan kampung wisata yang terletak di Kabupaten Raja Ampat.  Jarak tempuh dari Makassar untuk sampai ke kampung ini kurang lebih sekitar 3 jam. Setiba di bandara Dominique Edward Osok masih perlu menggunakan kapal laut ke Raja Ampat yang memakan waktu sekitar 2 jam. Tidak seperti di Pulan Jawa yang setiap kota dapat ditempuh dengan kereta, berada di Papua Barat memerlukan siaga kapal setiap saat dan kapal ini tidak seenak jidat dapat dipesan. Kadang harus menunggu 3-5 jam untuk mendapatkan kapal yang hendak menuju ke Raja Ampat. Rasanya... kualitas sebagai traveller akan berbeda ketika berkunjung ke pedalaman Indonesia, ditambah lagi, ini adalah kali pertamasebelumnya wisata luar Jawa yang diadakan sekolah maupun universitas jarang berpartisipasi, karena takut akan muntah dan menimbulkan trauma sehingga lebih memilih menjadi anak rumahan dan tidak doyan tantangan. Namun ada suatu peristiwa yang membangunkan saya untuk segera keluar dari zona nyamansaya menaiki kapal laut, sehingga muntah menjadi hal yang lumrah. 

Kampung ini tidak seperti kampung-kampung di Pulau Jawa, Arborek sangat luas dan produktif. Banyak olahan ikan asin dan kerapu, kopi, kerajinan tangan berupa topi dan noken, dan bluder dengan varian rasa. Banyak yang bilang, Arborek terkenal dengan kopinya. Hal tersebut memang benar, hampir semua rumah inap dan warung di sekitaran Arborek menjual kopi Bakaro. Walaupun bukan penggemar kopi, saya gemar mengeksplorasi jenis-jenis kopi, seperti Amoemani, Pogapa, dan Senang, yang semestinya ikut disajikan bersama Bakaro di daratan Papua Barat. Tidak berhenti pada bahasan kopi, saya mencoba bluder isi abon ikan dicampur madu yang mendadak menjadi kuliner favorit sekaligus perlu direpetisi suatu hari nanti (hahaha). Saya sulit membayangkan roti bercampur ikan dan madu, pada awalnya, ternyata rasanya benar-benar di luar ekspektasi. Enak dan nge-blend antara manis dan asin dengan aroma anyir. 


Air yang murni, segar, dan banyak spesies yang tinggal di dalamnya menjadikan wisatawan dalam negeri maupun mancanegara sering berkunjung. Kawasan Arborek hampir tidak ada sampah anorganik, paling-paling hanya sampah organik; daun kering, batang kering, kayu pohon, dan beberapa gelondongan. Wisatawan dapat melakukan banyak hal di kampung ini, seperti snorkeling, diving, fishing, bametimenyisir sambil makan hayati laut yang didapatkan dari hasil pencarianatau hanya sekedar berkeliling kampung seperti yang saya lakukan.  Untuk kegiatan snorkelingdiving, dan fishing harus meminta izin petugas setempat sambil menyewa boat yang telah disediakan. Saya tidak terlalu memahami detailnya untuk ketiga kegiatan tersebut, biasanya ada beberapa guide yang menyediakan banyak informasi (Raja Ampat Holidays atau CN Traveller). 

Mengelilingi Arborek dibutuhkan waktu 2-3 jam sembari berbincang dengan alam atau penduduk setempat. Meskipun agak terik, namun cerahnya langit dan jernihnya laut tidak membuat saya lekas hengkang. Saya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk merefleksikan diri di tengah-tengah proses pengerjaan skripsi. Saya kembali menghayati, betapa bersyukurnya untuk mencabut topik lama dan menggantinya dengan topik baru. Bukan tidak mampu hanya saja yang selama ini diperjuangkan 6 tahun (terhitung sejak saya menempuh jurusan teknik komputer dan jaringan dengan mengikuti berbagai sertifikasi networking) ternyata bukanlah passion saya yang sesungguhnya. Passion itu bukan hanya bisa, tapi juga terdapat perasaan senang ketika mengerjakan entah sesulit apapun masalahnya. Sejak detik itu, saya meninggalkan hal yang telah diperjuangkan selama 6 tahun lamanya dan memeluk passion yang akhirnya disadari meskipun mengorbankan bertahun-tahun untuk kembali menyadarinya. Terkadang merefleksikan diri di pertengahan pengerjaan skripsi atau sejenisnya adalah hal yang patut dilakukan atau mengalah pada target juga diperlukan untuk meraih hal yang lebih bertahta dan dibutuhkan bagi diri sendiri serta orang lain yang membutuhkannya.   



Tidak terasa 3 jam berjalan-jalan sederhana di sekitar Arborek sembari mengamati bukit-bukit kecil dan merasakan aroma laut serta udara yang masih belia, Ayah tetiba menelepon untuk menyuruh kembali ke rumah inap karena rombongan akan mengadakan evaluasi dan mempersiapkan kepergian shubuh ke Makassar. Dengan berat hati, saya melangkah pergi menuju rumah inap dan mencoba bernafas panjang untuk menyadarkan diri kembali ke realita. 


Steal your thought!

Dessy Amri Raykhamna