Minggu, 31 Desember 2017

Tombo Ngelak

Berbeda dengan review kuliner sebelumnya (klik disini), tempat kuliner di Jogja yang kami kunjungi selanjutnya adalah Tombo Ngelak. Menu yang disajikan lebih  sederhana dan namanya tidak serumit di episode kuliner sebelumnya. Karena di episode kuliner sebelumnya saya dan mbak Dian merasa kenyang setelah menjadi vegan beberapa menit, kami memutuskan untuk memesan menu yang 'agak mengenyangkan' di warung makan dengan konsep shabby ini. Sambil menunggu pesanan, sudah menjadi kebiasaan saya untuk mengamati setiap detail interior yang mengelilingi warung makan yang saya kunjungi. Mulai dari warna cat yang dipadukan, perintilan-perintilan yang dipasang, bahan yang dipakai untuk meja atau kursi makan, serta alat-alat makan yang digunakan oleh pelanggan. Atau kadang, saya melakukan small business research tentang demografi pelanggan, pemasukan per hari, mengapa warung makan tersebut mendadak ramai atau sepi, dan beberapa permasalahan lainnya seputar hal itu.    



Ketika saya sedang mengamati, terkadang keluarga atau sepupu yang sedang bersama menjadi ribut sendiri: 

"Kenapa harus se-detail itu sih?"
"Kenapa harus direkam dan dipublish segala?"
"Kenapa harus difoto? Langsung dimakan mending."
"Mau makan aja ribet banget."

Saya tidak menyalahkannya, biasanya saya hanya menjawab dengan kalimat "yah... namanya juga hobi." dan selalu mendapat cibiran. Saya memaklumi karena lingkungan keluarga bukanlah seniman, rata-rata mereka lebih ke serious major, kaya kedokteran, hukum, pendidikan, teologi, keagamaan, ilmu murni (matematika, fisika, dan lainnya). Mereka menganggap masuk ke saintek adalah hal yang paling wajar dibandingkan ke seni dan bisa dikatakan, masuk jurusan informatika 90% adalah pengaruh dari keluarga. Meskipun saya dapat survive di bidang itu. Namun... akhir-akhir ini, sekitar semester 8, saya baru menyadari bahwa apa yang saya bisa belum tentu hal tersebut adalah passion saya.

Saya sangat berterima kasih pada tahun 2017 yang memberikan pengalaman (mungkin) sangat berat bagi pengejar gelar S.Kom dan penggarap skripsi. Bolak-balik jatuh bangun dan Allah menguji keimanan dan kesabaran saya dengan 'mengganti topik lama yang sudah saya kerjakan hingga bab 6'. Lebih lengkap mengenai behind the scene pengerjaan skripsi hingga saya perlahan akhirnya menemukan passion yang sebenarnya setelah memasuki banyak keminatan dan mencoba banyak mata kuliah. Mulai dari keminatan jaringan, kecerdasan buatan, rekayasa perangkat lunak sampai akhirnya pengembangan permainan (game). Mulai mata kuliah arsitektur jaringan terkini, algoritma evolusi, ERP (kelas yang saya drop pertama kali setelah mengetahui RPKPS di dalamnya) sampai akhirnya menemukan game yang rasanya lebih fun dan challenging berada dalam scope itu, saya mampu tersenyum dan tertawa saat mengerjakan topik skripsi ini dibandingkan dengan topik saya sebelumnya. Semua pemaparan ini akan saya ringkas di postingan selanjutnya.



Kembali ke bahasan interior dari Tombo Ngelak. Sambil mengamati suasana di Tombo Ngelak dengan udara panas Jogja, saya dan mbak Dian berbicara banyak hal soal video blog (vlog). Namun saat ini belum dapat kami realisasikan karena masalah waktu dan equipment. Mungkin hal ini dapat menjadi resolusi di 2018 nanti. 

Sekitar 10 menitan menu yang kami pesan datang, dua buah pasta dengan rasa dan taburan yang berbeda. Saya memesan yang Beef Blackpepper dengan harga IDR 19900, sedangkan mbak Dian memilih Cheezy Sausage dengan harga IDR 17900. Bagi pelajar atau mahasiswa tidak perlu merisaukan dalam segi biaya berkuliner di Tombo Ngelak karena sasarannya pelajar atau mahasiswa rentang harga yang ditawarkan mulai IDR 12000 hingga 28000. Tidak terlalu berat, bukan?




Rasa untuk pastanya standar, tidak terlalu buruk juga tidak terlalu sangat lezat. Rasanya ada pada garis tengah-tengah, namun mampu diminati masyarakat. Hal ini terbukti dari seluruh kalangan masyarakat berkumpul jadi satu di Tombo Ngelak. Selain pasta, kami juga memesan minuman seperti Mad Berries dengan harga IDR 20000 dan Black Magic dengan harga IDR 23000. 

Menurut saya, kill menu di Tombo Ngelak ini adalah beverages-nya. Mereka sangat murah hati dalam memberikan toping dan segar dari esensi minuman sangat terasa. Mad Berries cocok untuk penggemar strawberry, campuran milkshake strawberry dan whipecream serta toping-toping renyah di atasnya seperti parutan keju, cheese cake, sprinkles, dan saus strawberry. Jika Anda adalah penggemar coklat, sangat disarankan untuk mencoba Black Magic sebagai beverage yang paling susah untuk dilupakan, baik dari segi rasa maupun penampilannya.    


Steal your thought!

Dessy Amry Raykhamna