Selasa, 31 Agustus 2021

Orang-orang Serakah

Berulang kali hati saya patah karena banyaknya menyaksikan ketidakadilan yang sering terjadi di dalam sebuah instansi pemerintahan. Saya bisa menghakimi untuk memukul rata bahwa bekerja di bawah pemerintahan memang fardhu 'ain untuk memiliki mental yang kuat dan stok kesabaran seluas samudera. Bagi mereka yang gemar dengan uji mental, bekerja di bawah pemerintahan adalah solusi mutlak. Orang berkategori baik di dalamnya akan sering diinjak dan diremehkan, bukan malah diperjuangkan, namun malah dicurangi, is that right? 

Usia memang bukan jaminan seseorang memiliki mental dewasa, tapi usia dapat menjadi tolak ukur seseorang dianggap cerdas atau berotak bulus. Jarang-jarang saya menumpahkan segala hal yang dirasakan sangat privasi ke dalam sebuah postingan, hal ini dikarenakan masalah yang saya rasakan sudah sangat menumpuk dan saatnya untuk dibagikan agar dijadikan pelajaran hidup. 

Saya mendedikasikan diri bertahun-tahun di sebuah unit besar dan instansi yang tampak kokoh, bukan berarti tanpa masalah, justru semakin tinggi instansi yang diduduki, maka akan semakin banyak masalah yang dikonsumsi. Tidak jarang orang-orang di sekitar saya menjelma menjadi serakah dalam waktu yang singkat. Saya tidak mengkritisi unit atau instansinya, melainkan orang-orang yang terlibat bekerja di dalamnya. Rata-rata mereka berasal dari kaum menengah ke bawah, bukan juga kaum sultan atau sejenisnya. Namun mereka memiliki gengsi yang tinggi dan gaya hidup yang tidak normal, menurut saya. Ada salah seorang di tempat saya bekerja, sebut saja dengan inisial ID. Saya benar-benar heran dengan spesies ini. 

ID bukan lah seorang berpendidikan IT, namun bisa-bisanya mengajukan diri menjadi seorang system analyst (yang mungkin jika dia bekerja di Sillicon Valley atau perusahaan IT lainnya sudah ditertawakan). Bahkan lucunya, ID tidak memahami apa saja yang harus dikerjakan sebagai seorang system analyst (i may told that's why pentingnya sebuah gelar dan perkuliahan, yah untuk membuktikan bahwa seseorang tersebut memiliki kredibilitas di bidangnya). ID memiliki hobi untuk ikut-ikutan hype, jika berbicara sedikit congkak, ada titisan menjadi serakah, terkadang amat sangat sok tahu atau bahasa jawanya keminter, dan paling gengsi untuk mengakui kelemahannya. Saya tidak bermaksud untuk menjustifikasi seseorang, tentu ID juga memiliki sisi positif, namun sayangnya yang tampak di pelupuk mata hanya sikapnya yang hobi mencurangi saya. Saya hanya meyayangkan hidupnya, jika selama puluhan tahun hanya didedikasikan untuk berbuat zhalim. Nauzubillah tsumma nauzubillah. 

Dapat saya katakan, ID ini termasuk kategori orang yang toxic di dalam lingkungan sosial. Harta yang dimilikinya tidak seberapa, namun memaksa untuk memiliki gaya hidup setara sultan, saya turut prihatin dengan mentalitas yang dimilikinya. Selain itu, sebagai teman sesama muslim, saya ikut nelangsa, saya kasihan dengan Ayahnya di akhirat. Bagaimana nanti bisa memikul beban anak-anaknya? Apa yang akan dijawab Ayahnya ketika ditanya oleh malaikat nanti? Hal inilah mengapa setiap anak yang lahir ke dunia diwajibkan untuk mempelajari ilmu agama. Jika suatu hari dia diuji oleh harta, dia tidak silau. 

Letakkan dunia hanya dalam genggaman, bekerjalah seolah kita akan hidup selamanya dan beribadahlah seolah kita akan mati esok hari.

Nasehat ini bukanlah sekedar omong kosong. Kasus ID ini bukan yang pertama kali menimpa saya, namun ada beberapa banyak kasus sebelumnya. Saya juga memiliki kenalan dua orang lainnya, sebut saja HS dan RY. Kedua orang tersebut juga memiliki sisi yang hampir mirip dengan ID, namun tidak tampak dan hanya beberapa orang yang memahami bahwa mereka adalah bunglon dan ular yang menyamar. Entah mengapa sekeras apapun mereka berusaha menzhalimi seseorang, suatu hari orang yang terzhalimi tidak mungkin tidak paham atau sekeras apapun mereka berusaha membodohi seseorang, suatu hari kebenaran pasti terkuak. Wallahu'alam bi showab

Menjadi serakah itu murni pilihan seorang hamba, bejibun kitab yang turun ke dunia, hanya perlu manusia-Nya lah yang bergerak untuk mengambil intisari kitab tersebut. Saya bukannya sok menghakimi atau menganggap diri ini suci tanpa berlumur dosa, tidak sama sekali. Hanya saja saya cukup heran dengan spesies-spesies yang berada di sekitar saya ternyata tidak sekokoh yang saya kira. Mereka sangat senang semena-mena terhadap orang lain, hak anak yatim tanpa segan mereka rampas. Saya hanya sanggup berdoa, semoga mereka merasakan ketidakadilan yang lebih parah di dunia serta akhirat dan keluarga saya senantiasa diberikan kesehatan serta rezeki yang barokah. Amiin allahuma amiin


Steal your thought!


Dessy Amry Raykhamna