Sabtu, 01 Juni 2024

Mencicipi Otak-otak Ase Khas Bangka



Euforia akan Pulau Bangka sepertinya sudah banyak terdengar hingga seluruh pelosok Tanah Air. Euforia itu juga saya rasakan sebelum berangkat ke pulau ini, rasa penasaran yang amat sangat. Meskipun sesampai di pulau ini, saya sempat mengalami hangover diakibatkan adanya turbulence sepersekian menit dari maskapai yang ditumpangi (mohon maaf yang sebesar-besarnya pada Ibu Anita karena saya telah merepotkan selama hangover huhuhu). Tiba di Bandar Udara Depati Amir sekitar siang hari, rencananya begitu sampai langsung menuju Kanwil Bangka Belitung untuk melakukan tugas negara. Namun saya masih lemas dan tidak berdaya sehabis hangover, akhirnya saya dan Ibu Anita langsung dijemput travel untuk menuju ke penginapan. Seharian penuh istirahat total sambil memulihkan diri agar kembali bugar di Grand Puncak Hotel, Pangkalpinang. 

Setelah semalam minum secangkir teh camomile, Alhamdulillah pagi harinya, saya kembali sehat dan semangat untuk memenuhi rangkaian kegiatan di hari kedua. Hari kedua, saya berkunjung ke Kantor Kementerian Agama Kota Bangka untuk memenuhi acara monitoring dan evaluasi. Selepas dari kunjungan tersebut, saya beranjak ke Pantai Pasir Putih yang ternyata pasirnya benar-benar bewarna putih, sebab pantai di Bangka sudah tercampur dengan timah dan warna air lautnya pun keruh tidak sebiru dan sesegar pantai pada hakikatnya.

Menurut saya, pantai sudah tercemari dengan lingkungan, sehingga tersisa hanyalah otak-otak yang cukup menarik perhatian saya. Yang paling diburu pewisata ketika ke Bangka adalah Otak-otak Ase, otak-otaknya memiliki banyak bentuk dan aneka tekstur. Ada yang direbus dan digoreng. 



Otak-otak Ase memang sangat khas, rasanya sangat ikan dan kental dengan wangi kota Bangka, walaupun kota Bangka cenderung panas dan sebagainya, tapi kuliner Bangka begitu membekas di lidah. Seperti halnya dengan Pempek Palembang, Rendang Padang, Lontong Orari Banjarmasin, atau Bolu Gulung Abon Papua. Selain otak-otak, saya juga sempat mencicipi Lempah Kuning khas Bangka di restoran bertembokkan dan beratapkan bambu, sangat back to nature. Sampai hari ini pun, rasanya sangat terngiang dan berbeda dengan berbagai sayur ikan yang pernah saya cicipi. Pernah juga, saya berkunjung ke Riau dan Kepulauan Riau, namun lempah kuningnya tidak senendang Bangka. Entah kenapa semua kuliner khas Bangka sangat dominan 


Steal your thought,

Dessy Amry Raykhamna


Rabu, 01 Mei 2024

Surat Untuk Ayah di Surga dan Mama Yang Tercinta

Surat ini sengaja saya tulis pada dini hari ketika sulit untuk memejamkan mata dalam beberapa minggu sebelum akad: 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Assalamu’alaikum wr wb.

Teruntuk Ayah di Surga dan Mama yang Tercinta, 

Saya menulis surat ini sebelum subuh menjelang, ketika bulan masih sabit dan awan hitam masih pekat di angkasa. Tak pernah terbayangkan, saya akan sampai pada titik ini, titik yang menjadi ujung perjalanan dari Mama dan Ayah dalam mendidik saya. 

22 tahun Ayah mendampingi saya, tak pernah sekalipun terbayang Ayah akan pergi sebelum melihat saya saat ini. Selama ini Ayah tidak pernah meminta apapun, kecuali meminta saya untuk selalu menjaga diri. InsyaAllah sampai hari ini, saya mengindahkan amanah itu. Semoga apa yang selama ini saya jaga, bisa memberikan kado terbaik bagi Ayah di akhirat. Amiin Ya Robbal ‘Alamiin. Meski Ayah tidak bisa mendampingi saya hari ini, tapi saya tahu Ayah ikut menyaksikan segala prosesi dengan cara yang berbeda. Terima kasih Ayah telah menjadi segalanya ketika saya bertumbuh selama ini. 

Dan untuk Mama yang Tercinta,

Banyak hal-hal yang ingin saya ungkapkan dalam surat ini, namun secarik surat saja tidak cukup untuk mengungkapkan betapa mengagumkannya perjuangan Mama. Selama 25 tahun hingga hari ini dan esok, terima kasih Mama telah mendampingi saya dalam bertumbuh dan berkembang. Tak kenal lelah mengurus segala hal, mulai dari memasak setiap hari, mengurus saya dan adik-adik sejak dalam kandungan, membantu mencarikan sekolahan, selalu datang ambil rapot, mendampingi wisuda, mengantar jemput ke sekolah sampai boceng bertiga bersama adik-adik karena sekolah kami yang jauh terpencar dari rumah, bahkan ketika hujan deras Mama masih rela mengantar saya ke kampus, Mama selalu menyemangati akademik dan passion, mendorong saya untuk merantau dan berkarir, sampai perihal jodoh serta pernikahan. Terima kasih, Ma, atas segala lelah yang Mama berikan untuk membesarkan saya serta adik-adik. Detik demi detik, hari demi hari, tak terasa hari ini tiba, hari dimana Mama melepaskan saya. Setelah ini, kewajiban saya sudah berpindah taat pada suami bukan lagi pada Mama. Tak akan ada lagi Mama temui suara berisik, isak, keluh kesah dan tawa saya yang akan mengiringi hari-hari Mama. 

Maaf jika selama ini saya selalu dianggap beban oleh Mama sejak masa anak-anak, remaja hingga tumbuh dewasa. Namun selama menempuh perjalanan itu, saya sudah berusaha keras untuk berjuang menjadi anak perempuan sebagaimana mestinya dan semoga Mama bisa menerima segala kerja keras yang telah saya lakukan selama ini. Menjadi orang dewasa memang sangat sulit, banyak gunung berbatu yang harus didaki, banyak kerikil tajam yang harus disingkirkan. Namun setiap merasakan itu, Mama selalu berkata "berteriaklah, Nak, berdoa ke langit dan percaya bahwa Allah tidak pernah diam, Allah akan bergerak untuk menolong hambaNya yang kesulitan" InsyaAllah pesan ini akan saya bawa sampai ke liang lahat, sampai jasad saya mencium tanah untuk selama-lamanya. 

Mohon restui langkah saya, Ma, untuk mengarungi bahtera rumah tangga yang sakinah mawwadah wa rahmah bersama laki-laki pilihan saya, yang InsyaAllah bisa menjadi imam yang baik untuk saya. Aamiin Allahuma Amiin.

والله الموفق إلى أقوم الطريق

Wassalamu’alaikum wr wb


Steal your thought,

Dessy Amry Raykhamna