Kamis, 04 Juli 2024
Sabtu, 01 Juni 2024
Mencicipi Otak-otak Ase Khas Bangka
Rabu, 01 Mei 2024
Surat Untuk Ayah di Surga dan Mama Yang Tercinta
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Assalamu’alaikum wr wb.
Teruntuk Ayah di Surga dan Mama yang Tercinta,
Saya menulis surat ini sebelum subuh menjelang, ketika bulan masih sabit dan awan hitam masih pekat di angkasa. Tak pernah terbayangkan, saya akan sampai pada titik ini, titik yang menjadi ujung perjalanan dari Mama dan Ayah dalam mendidik saya.
22 tahun Ayah mendampingi saya, tak pernah sekalipun terbayang Ayah akan pergi sebelum melihat saya saat ini. Selama ini Ayah tidak pernah meminta apapun, kecuali meminta saya untuk selalu menjaga diri. InsyaAllah sampai hari ini, saya mengindahkan amanah itu. Semoga apa yang selama ini saya jaga, bisa memberikan kado terbaik bagi Ayah di akhirat. Amiin Ya Robbal ‘Alamiin. Meski Ayah tidak bisa mendampingi saya hari ini, tapi saya tahu Ayah ikut menyaksikan segala prosesi dengan cara yang berbeda. Terima kasih Ayah telah menjadi segalanya ketika saya bertumbuh selama ini.
Dan untuk Mama yang Tercinta,
Banyak hal-hal yang ingin saya ungkapkan dalam surat ini, namun secarik surat saja tidak cukup untuk mengungkapkan betapa mengagumkannya perjuangan Mama. Selama 25 tahun hingga hari ini dan esok, terima kasih Mama telah mendampingi saya dalam bertumbuh dan berkembang. Tak kenal lelah mengurus segala hal, mulai dari memasak setiap hari, mengurus saya dan adik-adik sejak dalam kandungan, membantu mencarikan sekolahan, selalu datang ambil rapot, mendampingi wisuda, mengantar jemput ke sekolah sampai boceng bertiga bersama adik-adik karena sekolah kami yang jauh terpencar dari rumah, bahkan ketika hujan deras Mama masih rela mengantar saya ke kampus, Mama selalu menyemangati akademik dan passion, mendorong saya untuk merantau dan berkarir, sampai perihal jodoh serta pernikahan. Terima kasih, Ma, atas segala lelah yang Mama berikan untuk membesarkan saya serta adik-adik. Detik demi detik, hari demi hari, tak terasa hari ini tiba, hari dimana Mama melepaskan saya. Setelah ini, kewajiban saya sudah berpindah taat pada suami bukan lagi pada Mama. Tak akan ada lagi Mama temui suara berisik, isak, keluh kesah dan tawa saya yang akan mengiringi hari-hari Mama.
Maaf jika selama ini saya selalu dianggap beban oleh Mama sejak masa anak-anak, remaja hingga tumbuh dewasa. Namun selama menempuh perjalanan itu, saya sudah berusaha keras untuk berjuang menjadi anak perempuan sebagaimana mestinya dan semoga Mama bisa menerima segala kerja keras yang telah saya lakukan selama ini. Menjadi orang dewasa memang sangat sulit, banyak gunung berbatu yang harus didaki, banyak kerikil tajam yang harus disingkirkan. Namun setiap merasakan itu, Mama selalu berkata "berteriaklah, Nak, berdoa ke langit dan percaya bahwa Allah tidak pernah diam, Allah akan bergerak untuk menolong hambaNya yang kesulitan" InsyaAllah pesan ini akan saya bawa sampai ke liang lahat, sampai jasad saya mencium tanah untuk selama-lamanya.
Mohon restui langkah saya, Ma, untuk mengarungi bahtera rumah tangga yang sakinah mawwadah wa rahmah bersama laki-laki pilihan saya, yang InsyaAllah bisa menjadi imam yang baik untuk saya. Aamiin Allahuma Amiin.
والله الموفق إلى أقوم الطريق
Wassalamu’alaikum wr wb
Steal your thought,
Dessy Amry Raykhamna