Jumat, 25 Mei 2018

Ujian Ketika Menghafal Juz 13

"Sejak lahir manusia sudah diciptakan oleh Allah memiliki 100 miliar sel otak aktif dan 900 miliar sel otak pendukung. 
Untuk memenuhi kapasitas otak dalam menyimpan informasi, manusia perlu mengisinya 
dengan hal baru setiap detik dan dapat bertahan selama 30 juta tahun."

Menghafal Al-Qur'an memang telah menjadi mimpi saya sejak usia belasan tahun. Mimpi itu muncul ketika ada khamil (sebutan penghafal Al-Qur'an yang diadopsi dari Timur Tengah dan Arab Saudi, yang di Indonesia disebut hafidz. Padahal berdasarkan nasabnya, hafidz sebenarnya adalah sebutan bagi penghafal hadist) yang membaca dengan microphone kelewat lancar tanpa kesalahan dan seringnya membatin "kapan ya.. bisa muroja'ah selancar itu?" dan memiliki anak-anak yang hafal Al-Qur'an juga salah satu mimpi Ayah sejak sebelum pernikahan. Mimpi ini kemudian menguat setelah membaca buku motivasi karya Abdul Aziz Abu Jawrah yang tidak sengaja terbeli waktu pergi ke Grand Indonesia. MasyaAllah. Beliau membahas mengenai esensi hidup manusia "untuk apa manusia hidup?" dan "mengapa manusia diciptakan?". Sungguh merugi manusia jika hanya makan, tidur, berketurunan, kemudian meninggal tidak membawa jasa ataupun karya. 

Sejenak berpikir, 21 tahun hidup apa yang dilakukan? Kadang banyak yang ngeles sama diri sendiri:

"Ah.. udah nggak muda lagi, menghafal juga percuma,"
"Aduh.. nggak punya waktu nih,"
"Lah ngapain? Toh menghafal kan nggak wajib."

Di luar sana, masih banyak orang tua dengan usia 54 tahun giat menghafal Al-Qur'an dalam waktu 4 bulan. Is it magnificient thing, huh? Kenapa yang muda-mudi malah sepi? Menghafal Al-Qur'an tidak memandang apapun asalkan ikhlas, begitu papar Abdul Aziz Abu Jawrah dalam bukunya. Sejenak hati saya seperti terbetot keluar dan pipi kanan kiri seperti tertampar keras. Tekad ini semakin menguat hingga hari ini, insyaAllah. 

Banyak hal-hal di luar nalar yang terjadi selama saya menghafalkan Juz 13, dimulai dari Surah Yusuf, Surah Ar-Ra'du, dan Surah Ibrahim. Memang ketika memulai menghafal Al-Qur'an akan ada ujian yang terselip atau ketika kita sampai pada surah-surah tertentu akan mengalami ujian yang berat dan secara kebetulan Juz 13 adalah juz diri saya. Juz yang memaparkan kelebihan, kelemahan, serta bagaimana diri saya. Karena sesungguhnya sifat dasar manusia itu terbentuk dari Al-Qur'an dan karakternya ada pada masing-masing juz. Untuk mengetahui diri kita juz berapa harus menyaratkan ke Alm. Kyai Moenadi, salah satu kyai yang ampuh dalam ilmu ma'arifat, jadi kita tidak bisa memprediksinya sendiri. Ketika menghafal surah Yusuf, saya merasakan banyak kehilangan namun juga merasakan banyak hal-hal tak terduga. Saya dipanggil untuk mengabdi ke salah satu kantor kementerian bersamaan dengan Ayah yang jatuh sakit, kemudian masuk ICU hingga pergi  meninggalkan saya untuk selama-lamanya. Bahkan sebelum beliau sempat mengantarkan saya menuju ke jenjang pernikahan dan menimang cucu-cucunya kelak. Seluruh startup yang didirikan sejak semester awal perkuliahan terpaksa terpuruk di tengah jalan, namun Letter of Acceptance program magister di salah satu universitas 2oth Top Rank in the world melayang tanpa aba-aba melalui email. Meskipun saya harus mengajukan defer untuk Fall 2021

Banyak lika-liku yang memaksa saya untuk bersabar dan berusaha keras dalam meraih segala keinginan.  Ujian datang silih berganti,  rasanya seperti mendaki gunung berbatu, lebih susah untuk didaki daripada meraih kelulusan sarjana. Allah dengan penuh perhatian menunjukkan sebuah pemandangan "apakah nanti ketika meninggal saya akan seperti itu? Atau bagaimana nanti saya?" hanya membayangkan saja membuat mual. Seperti yang dikatakan guru saya "memang ketika proses menghafal akan banyak ujian.  Apalagi yang ketika berproses sampai pada juz dirinya.  Nabi Yusuf itu kan dimusuhi semua saudaranya,  dimasukkan ke sumur,  kemudian baru merdeka.  Semua itu tidak bisa instan, let it flow." 

Steal your thought,

Dessy Amry Raykhamna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar