Rabu, 05 Februari 2020

Room Tour

Hampir dua tahun saya meninggalkan rumah untuk berkelana karir di ibu kota, jarangnya cerita ke blog sering disimpulkan oleh banyak pembaca kalau penulisnya sedang vakum atau tidak aktif di dunia maya. Sebenernya saya bisa luangkan 1-2 jam untuk menulis blog, tapi kenyataan tidak semudah itu, malas bergerak lebih kerap hinggap karena you know so well lah kesibukan ibu kota seolah-olah 24 jam itu kurang dan istirahat lebih diutamakan jika saya memiliki waktu luang. Room tour adalah ide sekaligus saran dari beberapa pembaca dunia maya dan teman-teman kuliah yang penasaran dengan pindahan kamar sekaligus workspace di awal 2017 (kelamaan yah hahaha sampe lapuk yang mau baca, tapi apa daya postingan ini numpuk di draft dan saya merasa sayang sekali kalau dihapus hiks). 

Sejak saya berpindah ke ibu kota, ruangan ini disewakan oleh Mama karena letaknya jauh sekali dari rumah utama jadi mau tidak mau seluruh pernak-pernik yang ada sudah ditaruh di gudang perkakas (huhuhu sedih sekali). Intinya, ketika saya pulang kampung, tidak punya kamar dan harus menumpang di kamar Mama. Tidak mungkin untuk menumpang di kamar adik-adik saya, yah karena mereka semua laki-laki. Dulu pernah saat masih sekolah dasar, kami bertiga sekamar dan sering ribut hanya soal bantal atau apalah hal yang kecil. Namun setelah saya memasuki akil baligh, kami berpisah kamar dan mulai menata kehidupan pribadi masing-masing. So far... jarak umur kami sangat dekat, hanya 2-3 tahun antar jenjang satu dengan lainnya. Jadinya kami pernah di suatu masa mengalami masa remaja atau curhat-curhat ala anak labil bersama-sama. Kadang kalau kami hangout bertiga, saya dikira perempuan yang mempermainkan dua hati kaum laki-laki (hahaha stigma terabsurd sih, tapi benar adanya). Saat kami hangout ke toko buku, mba-mba pramuniaga malah gibah soal hal ini di belakang kami. Saya dan kedua adik saya spontan ketawa kecil seraya berpura-pura menggerakkan siku ke kanan dan ke kiri. Rizda, adik laki-laki yang keduaremaja SMA yang kerap mengecap dirinya playboy dan hobi tebar pesona kesana-kemari. Alhasil, sampai putri kyai dan teman perempuannya sering terperangkap dengan perhatian tidak jelasnya itu. Selain itu, dia sering dianggap lebih dewasa oleh teman-teman sepermainannya padahal kalau malam dia selalu tidur ditemani Mama, suka memasak dan belanja serta lebih gemar memakai masker muka dibandingkan saya yang perempuan tulen. Ditambah lagi, dia paling malas kalau belajar, tapi nilainya selalu baik dan juara di setiap lomba apa saja. Dia juga menjadi anak yang paling rajin mengerjakan sunnah. Ahh jangan keterusan deskripsi bocah ini nanti kegeeran tuh orang hahahadia menyoraki mba-mba pramuniaga yang gibah di belakang kami dan menyapa "hai cantik..."  jurus ini membuat mba-mba pramuniaga itu langsung menyingkir dan akhirnya kami tertawa keras bergantian.


Kedua adik saya itu juga sering datang untuk menumpang istirahat ke ruangan ini, entah sepulang dari sekolah atau ekstrakulikuler. Selain mereka, Ayah juga super nyaman berada ruangan ini ketika istirahat kantor, sambil membuka jendela dan rebahan. Ruangan ini sangat dekat dengan kampus UNISMA dan Dinoyo Mall, strategis untuk menumpang istirahat para mahasiswa, ibu-ibu, serta dosen. Mama juga terkadang istirahat sejenak ke ruangan ini sehabis pulang dari pengajian ibu-ibu. Keluarga yang datang silih berganti kerap menyindir "tumben kamar kakak bersih dan rapi? habis salah makan ya, kak?".  Memang perlu diakui, ruangan ini adalah kamar ter-rapi dan paling tertata yang pernah saya miliki. Biasanya banyak cat dan kanvas berserakan di lantai atau kertas-kertas selepas gunting-gunting. Dulu sewaktu sekolah menengah, saya sering mengisi mading sekolah dan mengerjakan beberapa hal lainnya yang berbau kreatif atau terkait jurnalistik. Lomba sekolah juga dimasukinnya ke lomba mading, melukis, menggambar, kaligrafi, membuat komik, atau hal-hal seputar itu. Mau tidak mau memiliki kamar berantakan menjadi pemandangan sehari-hari. 



Ruangan ini sengaja saya bagi menjadi tiga sudut. Sudut pertama fokus pada workspace, hanya terdiri meja kayu dan kursi kantor yang sudah tidak terpakai. Also fyi, semua barang di sini mayoritas reusable things. Tidak ada yang baru sama sekali, kalaupun tampak baru, barang tersebut merupakan kado dari ulang tahun, wisuda, sidang, atau seminar hasil. Sudut kedua, adanya ruang untuk tatanan foto-foto dan poster business model canvas. Selanjutnya, sudut ketiga terpasang susunan rak perkakas yang telah dibagi dari sisi fungsional serta daya guna pada masing-masing slotnya. 

Overall, bahan-bahan yang terkandung dalam ketiga sudut dapat diuraikan seperti ini:
  • Papan gantungan untuk foto: hasil memotong besi penutup pagar.
  • Rak perkakas:  hasil memungut bekas wadah piring yang sudah mengelupas warnanya dan dicat kembali (cerita lengkapnya: klik disini). 
  • Papan mading: sisaan platform untuk pintu kamar mandi.
  • Hook, penjepit kayu, dan tali rotan:  hasil memilah barang di kardus perkakas di gudang rumah.



Beberapa teman sekolah menengah dan kuliah yang mampir juga menyatakan ruangan ini adalah kamar ter-rapi di dunia saya yang pernah mereka temui (maaf yaa gengs, saya memang perempuan yang tidak rapihan huhuhu). Banyak yang minta untuk diabadikan untuk kenang-kenangan yang sebenarnya hanya alibi untuk motivasi mereka beberes, bener kan? hahaha. I really and really understand what you mean, my absurd buddies. Semoga postingan kali ini dapat menginspirasi agar memulai beberes ruangan. What'cha think? 


Steal your thought,


Dessy Amry Raykhamna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar