Rabu, 10 Januari 2018

Berkunjung ke Kampoeng Arborek

Banyak hal-hal tak terduga yang terjadi di 2017. Selain terlibat dalam konferensi paper dan kompetisi, Allah memberikan kesempatan untuk berlibur sejenak ke Raja Ampat, Papua Barat.  Sebenernya ini bukan liburan, hanya saja saya diminta Ayah dan grup Hukum Tata Negara Indonesia untuk menjadi moderator dalam rangka penyajian materi "Pilar-pilar Kebangsaan" di Universitas Cendrawasih. Biasanya Ayah menunjuk mahasiswanya untuk ikut serta, tapi kebetulan saya (hanya sedang) mengerjakan skripsi saja kala itu dan tidak ada tanggung jawab lain yang sedang saya pegang, begitu mungkin pikirnya hingga tetiba mengamanahkan peran itu. Singkatnya, malam hari saya mempersiapkan dokumen dan mempelajari materi Hukum Tata Negara secara mendadak. Walaupun peran saya hanyalah moderator, namun ada sesi debat terbuka antara akademisi, pejabat, dan pengembang. Mau tidak mau saya harus mempelajari keseluruhan; filosofi, abstraksi, konstruksi, hakikat, contoh konservatif, dan sebagainya. Malam hari seakan belum cukup, saya melanjutkan untuk mempelajari di ruang tunggu bandara, rumah inap, jalan, warung, dan dimana pun saya singgah termasuk kamar mandi. Saya tahu konsekuensi dari amanah ini, jadi orang yang beda dalam sehari. Berat dan agak muluk.

Meskipun demikian, Alhamdulillah segala ujian terbayar karena saya mendapatkan izin untuk menggunakan waktu kosong setengah hari (sebelum besoknya kembali ke Makassar). Awalnya Ayah keberatan untuk memberikan izin dengan alasan sedang di luar Jawa, tapi saya mencari alasan macam-macam dan akhirnya diizinkan (yay). Di waktu kosong saya mencoba untuk lepas dari itinerary rombongan dan mengeksplor secara introvert Kampoeng Arborek. Mengapa? Mungkin karena ada tekad yang menyatakan bahwa tahun ini dapat menjadi kesempatan terakhir sebelum meninggalkan Indonesia untuk waktu yang lama di tahun berikutnya. 



Kampoeng Arborek merupakan kampung wisata yang terletak di Kabupaten Raja Ampat.  Jarak tempuh dari Makassar untuk sampai ke kampung ini kurang lebih sekitar 3 jam. Setiba di bandara Dominique Edward Osok masih perlu menggunakan kapal laut ke Raja Ampat yang memakan waktu sekitar 2 jam. Tidak seperti di Pulan Jawa yang setiap kota dapat ditempuh dengan kereta, berada di Papua Barat memerlukan siaga kapal setiap saat dan kapal ini tidak seenak jidat dapat dipesan. Kadang harus menunggu 3-5 jam untuk mendapatkan kapal yang hendak menuju ke Raja Ampat. Rasanya... kualitas sebagai traveller akan berbeda ketika berkunjung ke pedalaman Indonesia, ditambah lagi, ini adalah kali pertamasebelumnya wisata luar Jawa yang diadakan sekolah maupun universitas jarang berpartisipasi, karena takut akan muntah dan menimbulkan trauma sehingga lebih memilih menjadi anak rumahan dan tidak doyan tantangan. Namun ada suatu peristiwa yang membangunkan saya untuk segera keluar dari zona nyamansaya menaiki kapal laut, sehingga muntah menjadi hal yang lumrah. 

Kampung ini tidak seperti kampung-kampung di Pulau Jawa, Arborek sangat luas dan produktif. Banyak olahan ikan asin dan kerapu, kopi, kerajinan tangan berupa topi dan noken, dan bluder dengan varian rasa. Banyak yang bilang, Arborek terkenal dengan kopinya. Hal tersebut memang benar, hampir semua rumah inap dan warung di sekitaran Arborek menjual kopi Bakaro. Walaupun bukan penggemar kopi, saya gemar mengeksplorasi jenis-jenis kopi, seperti Amoemani, Pogapa, dan Senang, yang semestinya ikut disajikan bersama Bakaro di daratan Papua Barat. Tidak berhenti pada bahasan kopi, saya mencoba bluder isi abon ikan dicampur madu yang mendadak menjadi kuliner favorit sekaligus perlu direpetisi suatu hari nanti (hahaha). Saya sulit membayangkan roti bercampur ikan dan madu, pada awalnya, ternyata rasanya benar-benar di luar ekspektasi. Enak dan nge-blend antara manis dan asin dengan aroma anyir. 


Air yang murni, segar, dan banyak spesies yang tinggal di dalamnya menjadikan wisatawan dalam negeri maupun mancanegara sering berkunjung. Kawasan Arborek hampir tidak ada sampah anorganik, paling-paling hanya sampah organik; daun kering, batang kering, kayu pohon, dan beberapa gelondongan. Wisatawan dapat melakukan banyak hal di kampung ini, seperti snorkeling, diving, fishing, bametimenyisir sambil makan hayati laut yang didapatkan dari hasil pencarianatau hanya sekedar berkeliling kampung seperti yang saya lakukan.  Untuk kegiatan snorkelingdiving, dan fishing harus meminta izin petugas setempat sambil menyewa boat yang telah disediakan. Saya tidak terlalu memahami detailnya untuk ketiga kegiatan tersebut, biasanya ada beberapa guide yang menyediakan banyak informasi (Raja Ampat Holidays atau CN Traveller). 

Mengelilingi Arborek dibutuhkan waktu 2-3 jam sembari berbincang dengan alam atau penduduk setempat. Meskipun agak terik, namun cerahnya langit dan jernihnya laut tidak membuat saya lekas hengkang. Saya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk merefleksikan diri di tengah-tengah proses pengerjaan skripsi. Saya kembali menghayati, betapa bersyukurnya untuk mencabut topik lama dan menggantinya dengan topik baru. Bukan tidak mampu hanya saja yang selama ini diperjuangkan 6 tahun (terhitung sejak saya menempuh jurusan teknik komputer dan jaringan dengan mengikuti berbagai sertifikasi networking) ternyata bukanlah passion saya yang sesungguhnya. Passion itu bukan hanya bisa, tapi juga terdapat perasaan senang ketika mengerjakan entah sesulit apapun masalahnya. Sejak detik itu, saya meninggalkan hal yang telah diperjuangkan selama 6 tahun lamanya dan memeluk passion yang akhirnya disadari meskipun mengorbankan bertahun-tahun untuk kembali menyadarinya. Terkadang merefleksikan diri di pertengahan pengerjaan skripsi atau sejenisnya adalah hal yang patut dilakukan atau mengalah pada target juga diperlukan untuk meraih hal yang lebih bertahta dan dibutuhkan bagi diri sendiri serta orang lain yang membutuhkannya.   



Tidak terasa 3 jam berjalan-jalan sederhana di sekitar Arborek sembari mengamati bukit-bukit kecil dan merasakan aroma laut serta udara yang masih belia, Ayah tetiba menelepon untuk menyuruh kembali ke rumah inap karena rombongan akan mengadakan evaluasi dan mempersiapkan kepergian shubuh ke Makassar. Dengan berat hati, saya melangkah pergi menuju rumah inap dan mencoba bernafas panjang untuk menyadarkan diri kembali ke realita. 


Steal your thought!

Dessy Amri Raykhamna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar