Rabu, 31 Januari 2018

Tips & Trik Meraih Band Score 9.0 di IELTS

Beberapa minggu yang lalu, saya mengadakan mini voting untuk postingan blog di bulan Januari 2018. Awalnya hasil voting didominasi oleh behind the scene tentang pengerjaan skripsi, namun tetiba jumlah voters untuk tips dan trik meraih band score 9.0 di IELTS mengejar topik sebelumnya sekitar 50 pengikut dari 101 viewers.  Ini di luar dugaan saya karena saya hanya menargetkan sampai 30 pengikut untuk ikut voting. Membaca pangsa pasar yang semakin haus akan kebutuhan tes kemampuan bahasa inggris, saya mencoba untuk menulis artikel click bait yang sebenarnya hampir tidak pernah saya ulas di blog pribadi. Mengapa saya tiba-tiba menjadi giat menulis ini? Sampaikan ilmu walau hanya satu ayat. Kata-kata ini seolah memaksa jemari saya untuk segera mengetik hal-hal penunjang dakwah di masa yang akan datang. 

IELTS atau International English Language Testing System merupakan ujian internasional giatan Inggris dan Amerika untuk mengukur kemampuan native atau non-native dalam hal berbahasa inggris. Jenis IELTS terbagi menjadi dua diantaranya Academic dan General Training. Bagi yang menginginkan lanjut bersekolah atau berkuliah ke luar negeri disarankan untuk mengambil Academic, sedangkan General Training biasanya diperuntukkan bagi yang ingin bekerja di perusahaan atau bermigrasi ke suatu negara dengan bahasa utamanya adalah bahasa inggris. Kedua tes ini mencangkup empat kemampuan, yaitu Listening, Speaking, Reading, dan Writing. Masing-masing kemampuan memiliki format tersendiri detailnya dapat dibaca disini. Secara kasar, IELTS sama halnya dengan TOPIK atau ALI, sama-sama tes kemampuan kemahiran suatu bahasa. TOPIK untuk mengukur kemampuan berbahasa korea dan ALI untuk mengukur kemampuan berbahasa arab. Semuanya memiliki peran penting tergantung kebutuhan masing-masing exam takers

Sebenarnya ketika saya membuat postingan ini ada sudut pikiran yang menyatakan ketidakpercayaandiri. Saat simulasi pertama kali, band score IELTS saya hanya 5,5 dan dominasi tertinggi terletak pada reading dan writing dengan band score 6,0, sedangkan listening sangat memprihatinkan yaitu 4,5 dan speaking diangka 5,5. Kemudian pada tes simulasi IELTS terakhir (katanya ini sangat potensius untuk the real exam dan kebanyakan test takers ketika pengujian real hasil yang didapat naik 0,5 sampe 1) yang saya ambil seminggu yang lalu, saya masih belum meraih perfect score di semua kemampuan, hanya writing dan reading yang mendapatkan band score 9.0, sedangkan listening dan speaking berada pada band score 7.0. Jika dirata-rata band score saya adalah 8.0. Kata orang-orang di sekeliling saya hal ini sudah lebih dari lumayan karena rata-rata orang Asia sekitar 7.0 hingga 7.5. Saya tetap bersyukur Alhamdulillah meraih band score sekian, meskipun tempat saya menempa diri sangat mengharuskan muridnya untuk meraih perfect score. Bahkan ada salah satu murid SMA yang hanya 7 kali mentoring band score-nya langsung 7.5 atau yang NOL dalam bahasa inggris dalam jangka waktu 4 bulan dapat meraih 9.0 atau yang paling menakjubkan, ujian GMAT dan IBT-nya hanya salah SATU buah soal di writing dengan mentoring selama 2 bulan  

Tentunya saya tidak akan sharing tentang meraih nilai GMAT atau IBT yang penuh perjuangan itu, saya hanya akan sharing tentang "bagaimana saya menaikkan band score IELTS beberapa kali lipat dari band score sebelumnya?"

1. Tetapkan tujuan dan milikilah kata-kata penyemangat
Sebelum bertempur lebih baik menetapkan tujuan kemana kita nantinya akan berlabuh, fokus kita dimana? Mengambil IELTS untuk sekedar ingin tahu atau bersenang-senang? Buatlah tekad yang kuat, jangan seperti kerupuk disiram air. Peliharalah semangat setiap hari, misalnya saya adalah IELTS Academic takers maka saya menulis di dinding kamar seukuran A3 atau lebih besar lagi "saya akan meraih band score 9.0 bagaimanapun caranya untuk mendapatkan predikat terbaik di mata dunia dan universitas yang saya tuju." Karena nantinya saya akan melanjutkan jenjang Strata-2, maka tuliskan semua kebutuhan dengan jelas di dinding kamar dan ketika bangun di pagi hari saya dapat melihatnya secara saksama kemudian muncul semangat baru.

Mimpi besar dan muluk tidak masalah, toh nantinya jatuhnya tidak jauh dari itu. Saya mengharapkan band score 9.0, tapi Allah menghendaki 8.0. Tidak begitu jauh bukan? Hal ini disebabkan best effort yang kita berikan adalah untuk meraih band score 9.0 bukan 8.0. Sebagai buzzer setiap harinya, saya membutuhkan asupan kata-kata penyemangat yang telah diteriakkan dari mulut atau sebut saja sebagai sumpah. Saya meyakini dua hal saat itu bahwa "saya hanya akan sukses ketika saya mampu untuk menjadi lebih baik dari diri saya yang kemarin" dan "jika saya lelah memperjuangkan suatu hal, berarti hal tersebut adalah sangat berharga." Setelah saya memasukkan kata-kata ini alam bawah sadar, saya merasa bahwa tidak ada yang mustahil di dunia ini karena sejujurnya saya tidak menyukai bahkan benci setengah hidup dengan bahasa inggris dan kini perasaan itu berubah menjadi cinta seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, segera temukan kata-kata penyemangatmu.

2. Pilih tempat kursus yang tidak abal
It is okay jika beberapa dari kita memilih untuk otodidak belajar semua kemampuan di IELTS. Tapi... ada hal yang perlu diketahui speaking dan writing tidak bisa dipelajari otodidak. Kedua kemampuan itu membutuhkan partner untuk mengoreksi salah pronounce, grammarparaphrase, atau idiom yang digunakan. Karena terkadang kita tidak menyadari apa yang diucapkan maupun ditulis beberapa detik yang lalu, benar tidak? Pilihlah tempat kursus yang tidak abal, jangan hanya tertarik diskon atau tawaran band score tinggi tanpa pembuktian yang relevan. Kita harus menjadi smart consumer untuk kurang lebih 3 juta dalam sekali tes IELTS. 

Banyak kursusan yang menawarkan macam-macam namun goal tiap murid belum tentu dapat diraih karena ada permainan bisnis di dalamnya. Bagi yang pernah berpengalaman melakukan pekerjaan freelancer di freelancer.com, ibaratnya nilai project yang akan kita biding harus relevan untuk membidik sasaran dengan tepat. Harga dan ilmu yang akan dihasilkan harus sepadan. Kata orang Jawa, rego nggowo rupo atau harga membawa rupa. Untuk usaha speaking, saya menempa diri dengan mengunjungi channel ETJ English dan mempraktekkan semua hal di dalamnya hingga menyetorkan hasil latihan ke Mr. Elliot sendiri melalui website teaching-nya dengan membayar sekian euro per jam. Berlatih aksen itu penting untuk menaikkan band score 0,5 sampai 1. Dalam usaha writing untungnya saya dibimbing dengan guru yang (menurut saya) sangat tepat. Beliau sangat ketat dalam mengoreksi punctuation, pemilihan lexical resource, dan menyarankan saya untuk tidak selalu direct translation agar hasil tulisan tampak seperti native writing

Terkadang beberapa dari IELTS taker mengeluh akan biaya untuk kursus dan hal yang terkait dengannya. Sebenarnya biaya ini dapat dicicil selama kita berkuliah di Strata-1, dapat dengan menyisihkan uang bulanan, uang beasiswa, atau pendapatan selama menjadi freelancer atau part-timer. Visi yang kita himpun harus jauh, jadi tidak ada alasan lagi untuk mencari tempat kursus yang relevan dan tidak abal. 

3. Deteksi kemampuanmu 
Baik otodidak maupun kursus, kita dapat mendeteksi kemampuan melalui pre-test yang dilakukan bersama diri sendiri. Kita harus menjadi sadar diri. Biasanya kesusahan terbesar IELTS takers adalah tidak mengetahui di lini mana seharusnya dia berada karena egonya lebih berkuasa dibandingkan dirinya. Dari pre-test tersebut, kita akan mengetahui seberapa mampu dan waktu yang dapat ditempuh untuk menguasai 4 kemampuan dalam IELTS. Saya akui, saya memiliki porsi yang berbeda-beda untuk memahami tiap-tiap kemampuan.  Kemampuan terendah saya adalah di listening, selama tiga hari saya menyusun materi yang cocok untuk diperdengarkan selama 1 bulan ke depan dan listening dapat dikembangkan secara otodidak. 

Saya memahami bahwa listening dengan band score 4,5 di awal membutuhkan usaha yang besar untuk merangkak naik ke 5,0, 6,0, hingga 7,0 sehingga saya mendedikasikan pagi hari (pukul 5 hingga 11) dan disambung sore hari (pukul 3 hingga 5) hanya untuk listening. Materinya dapat berupa film, lagu, materi TEDx, atau soal listening IELTS. Untuk writing hampir setiap malam saya membuat essay mulai pukul 8 hingga 10 selama 2 bulan, yang hasil essay tersebut akan disetorkan kepada guru writing pada siang hari. Untuk reading, saya merampas 1-2 jam di tiap weekend atau waktu kosong untuk membaca koran, novel, dan jurnal berbahasa inggris untuk memberikan stabilo pada vocabulary, word form, word choice, pemilihan conjuction, dan cara mereka menuliskan suatu kalimat sehingga tidak menyebabkan direct translation

4. Buatlah catatan untuk bakat dan kelemahanmu 
Hal ini sangat penting untuk mengingat dimana letak hal-hal yang harus ditingkatkan. Saya menyediakan 4 buku untuk merangkum masing-masing kemampuan. Apa yang dikatakan orang sekeliling dan guru tentang saya selama IELTS, saya catat atau ketika menemukan kosakata baru di koran, novel, atau jurnal langsung saya tulis pada buku yang merangkum kemampuan reading, seperti itu terus berulang-ulang hingga hari H tes. Bahasa inggris bisa jadi adalah talent bagi beberapa orang, namun bagi yang tidak menyenanginya juga dapat membuatnya beralih menjadi mencintainya. Unfortunately, that is true! 

Ketika band score writing kita telah mencapai 6.0, segeralah untuk mempelajari buku karangan L.G Alexander dan catat caranya memodifikasi suatu kalimat serta hafalkan idiom untuk menaikkannya menjadi 7.0.  Tidak masalah untuk mempelajari writing dahulu sebelum reading. Dari writing, secara tidak sadar, kita akan termotivasi untuk membaca banyak buku sebagai bahan kepenulisan, right?

5. Naikkan bakatmu dan latihlah kelemahanmu
Sudah mengetahui bakat dan kelemahan, kemudian apa? Bakat harus terus diasah dan kelemahan harus dilatih untuk meningkat. Misalkan kita berbakat diwriting maka kita harus mencari guru yang tepat yang sekiranya mampu meningkatkan gaya penulisan serta ragam lainnya dikepenulisan. Saya merekomendasikan thewritingcoachmalang, dengan mesin interpreter yang dimilikinya kita dapat mengoreksi tulisan essay, paper, atau jurnal. Jika membutuhkan writing guide bisa langsung booking dalam 24/7 dan meeting point-nya bisa dimanapun (restaurant, mall, asalkan masih dalam lingkup kota malang) dengan membayar per jamnya. Untuk di luar malang bisa guiding melalui Skype. Begitu pula dengan titik lemah, misalkan kita sukar untuk listening maka kita dapat melatihnya secara otodidak namun berulang-ulang dan konsisten.    

6. Buatkan dirimu jadwal
Sudah ada keniatan untuk menaikkan bakat dan melatih kelemahan, lantas apa? Asahan bakat dan latihan kelemahan tidak mungkin berhasil jika tanpa diberikan porsi waktu yang cukup. Buatlah jadwal besar di kertas A3 mulai senin hingga minggu. Misalnya, saya memiliki kelemahan di listening dan biasanya berdampak pada speaking atau lebih dikenal active subject in english, sehingga saya memiliki susunan menu di setiap bulannya:

Bulan ke- 1: Lakukan creambath sebelum simulasi dan konsultasikan telinga ke dokter THT. It is okay. Mungkin ini hal yang remeh, namun apa salahnya untuk dicoba. Setelah telinga dibersihkan, saya dapat mendengar pronounciation lebih baik daripada sebelumnya. Sebelum melakukan tips ini, saya bertanya pada teman-teman yang mengambil kelas listening for SAT, IBT, GRE, and GMAT yang membutuhkan standar score yang tinggi untuk lolos di Harvard, Oxford, NUS, UCLA, MIT, dan beberapa universitas di dunia dengan kapasitas penerimaan yang ketat. Jika dibandingkan dengan keempat ujian tersebut, IELTS tampak luar biasa mudah. 

Rata-rata mereka mengatakan listening lebih terdengar jelas setelah telinga dibersihkan. Setelah itu, cobalah mendengar lagu, percakapan radio (radio BBC atau radio VOA), pidato di channel TEDx, menyalin lirik lagu (buatlah daftar 10 lagu untuk dihafal dan disalin liriknya), dan mencatat vocabulary pada film yang telah ditonton (buatlah daftar 10 film untuk ditonton). Dalam menonton film tidak asal menonton, ceritakan kesimpulan atau interpretasi jalan cerita dari film tersebut dan lakukan dengan menggunakan bahasa inggris. Perhatikan pula pronounciation yang dipelajari melalui channel ETJ English. 

Bulan  ke- 2:  Lakukan setiap seminggu sekali untuk simulasi dengan native secara online atau coach di tempat kursusan. Hal ini akan menaikkan band score setidaknya 0,5 setiap minggunya. 

Bulan ke- 3: Perbanyak jam terbang dengan berlatih variasi soal dan perbanyak membaca koran berbahasa inggris dengan suguhan lexical resource yang sulit serta susunan penulisan yang tidak biasa, seperti mengandung unsur abridgment dan break down-nya. Ini dapat membantu untuk writing sehingga tidak tampak direct translation ketika menuliskannya.

Jadwal ini dapat dipercepat jika kemampuan listening yang dimiliki paling tidak 6.0. Saya mengasah sekitar 3 bulan untuk mendapatkan listening dengan band score 7.0, terhitung sejak Oktober hingga Desember 2017. 

6. Fokus dan hilangkan kebiasaan malas
Fokus adalah hal yang paling terpenting dari yang terpenting. Persiapan ujian IELTS mirip dengan ujian skripsi, unas, sbmptn, atau semacamnya. Tidak bisa dibarengi dengan apapun untuk mendapatkan perfect score. Katakan selamat tinggal pada liburan, santai-santai, dan apapun hal dunia yang tidak berkaitan dengan IELTS. Nonaktifkan sosial media untuk beberapa saat dan hanya membukanya di hari libur atau weekend adalah senjata terampuh. Karena sosial media biasanya sering membuat kita menjadi malas bergerak; melihat feeds orang lain sambil mengiri kemudian membandingkan dengan diri kita, muka pengen melihat teman berlibur ke Jepang, dan perasaan tidak mutu lainnya. Hanya irilah atau cemburulah pada 3 hal: sedekahnya, ibadahnya, dan taatnya. Genggam ini dan tanamkan pada jiwa raga perjalanan menempuh persiapan ujian IELTS akan lebih tidak hambar. Percayalah. 

7. Berdo'a dan berserah diri
Bagaimana pun usahanya jika tanpa do'a tidak akan pernah membawa berkah di dunia maupun di akhirat sekalipun. Perbanyak do'a, karena hanya Dia yang mampu membolak-balikkan hati penguji. Selamat berjuang.


Steal your thought!

Dessy Amry Raykhamna


2 komentar:

  1. meskipun kemaren kerja di multinasional company, tetep aja bahasa inggrisku abal asal kecap, yg penting sama2 ngarti hahaha
    itu juga kalo speaking udah nggak lancar lagi kayaknya karena gk ada lawan ngomongnya --'

    BalasHapus
    Balasan
    1. waduh jadi sungkan 3 post mbak first comment, makasih banyak mbak ninda udah menyempatkan waktu untuk membaca tulisan abal ini :')

      memang kalo speaking begitu mbak, saya dulu juga pernah ikut camp speaking waktu liburan semester 5 selama camp fluently tapi setelah 2 mingguan balik ke rumah udah nggak fluently lagi. Bergantung habit soalnya, bener nggak mbak?

      Hapus