Kamis, 08 Juni 2017

INAICTA 2015 - second day

"You never know, if you never try. 
So, bicaralah yang tepat maka dunia akan mengenal anda" - unknown

Setelah mengalami hari yang melelahkan di INAICTA - first day hari kedua dipenuhi dengan seminar dan workshop dari panitia. Sebenernya agak sedikit kecewa sih, karena di hari kedua nggak ada expo. Saya mikirnya kaya tahun lalu yang ada expo, jadi sempet anggarin beli kaos, stiker, x-banner juga ke fakultas. Tapi ya sudahlah ternyata nggak seribet tahun lalu. Tapi tetep aja di presentasi hari pertama kami masang x-banner di depan para juri. Buat ngedukung penampilan hehehe. Seminar dan workshop untuk hari kedua ini dibagi menjadi 2 sesi. Sesi yang pertama, seminar dari keynote speaker kaya pak Teddy Mantoro dan beberapa pakar di dunia teknologi. Ibu menteri kemkominfo juga memberikan sambutannya sebelum keynote speaker. Bagi yang belum tahu, pak teddy mantoro ini juga peserta lomba dari kategori professional juga loh. Beliau udah Ph.D sekaligus keynote speaker tapi masih semangat ikutan INAICTA 2015. Salut saya. 

Di hari kedua ini, saya lebih banyak mencari relasi dan ngobrol sama para pakar. Ada pak ayub dari ITB, sebenernya beliau dosen pembimbing dari mahasiswanya kebetulan satu kategori sama saya, yaitu e-Inclusion & Sustainability. Pak ayub ini ternyata adalah temen seperjuangan dosen pembimbing PKM saya sekarang, walah dunia memang sempit ya. Timnya bapak ini membuat aplikasi yang bermanfaat bagi para tunanetra. Berupa software sekaligus hardware. Dari semua peserta kompetisi yang (nggak sengaja) saya ajak ngobrol, rata-rata produk mereka simpel dengan analisis super keren. Saya nggak tahu, apa karena masuk ke ranah kategori professional atau gimana. Tapi yang jelas produk mereka memiliki sisi requirement analysis yang jelas, siap didevelop untuk dunia luar. Bukan karya dengan ide yang bagus tapi dengan requirement analysis yang nggak jelas. Bikin use case, DFD, work flow, atau diagram alir semacamnya aja masih bingung dan salah dalam hal analogi permodelan. Gimana hal tersebut bisa nyampe ke programmer. Inilah kadang yang menjadi kelemahan para developer junior yang mengesampingkan analysis namun mengutamakan implementasi/coding. Padahal yang namanya coding itu hanya sepotong dari langkah-langkah SDLC. Ok grabbing story-nya kepanjangan.

Sarapan di jakarta memang kadang agak ribet, apalagi yang tinggalnya di daerah sudirman, belakang WTC, atau daerah hotel bidakara. Rata-rata warung/toko di sekitaran, nggak buka pada pagi hari, atmosfir ini tentu sangat berbeda dengan di malang. Dimana pedagang nasi pecel atau nasi tumpang udah open order sejak shubuh menjelang. Terpaksa saat waktu sarapan tiba, kita telepon 14045, sampe pegawai Mc Donald bagian delivery hafal sama suara saya

"Ini customer dessy yang kemaren pagi yah, masih pesan paket sama untuk pagi ini? dengan alamat yang sama?"
"Ah iya mbak"

Telepon saya jadi singkat, nggak kaya awal-awal mesen, bisa hampir 10 menitan. Paket yang kami pesan saat itu adalah paket panas special. Porsi gede dan cocok dengan kantong mahasiswa. Awalnya kami khawatir, dengan budget minim, apa bisa dapet penginapan yang relatif nyaman dan aman. Apalagi penginapan di daerah FX Sudirman itu harganya menengah ke atas. Mana budget dari fakultas juga ngedrop. Tapi ternyata ada penginapan di belakang WTC yang ramah budget dan nyaman, yah blessing residence. Fasilitasnya juga nggak terlalu buruk. Interiornya minimalis. Kami sering mengadakan small chat di atap blessing residence. Bicara di atas atap seolah tubuh dapat memeluk gedung pencakar langit dengan puluhan lantai. Sambil bicarain gimana smartgarden ke depannya, ngerancang master plan. 

Suasana malam itu sedang sepi, tamu di blessing nggak terlalu padet. Jadi serasa cafe atap milik kita bertiga. Walaupun kita rame sendiri juga nggak ada yang ngelarang, mau teriak-teriak kaya apa juga nggak papa. Beneran sepi banget. Nggak terasa kita terlarut pada obrolan malam, sampe kelupaan kalo besoknya harus ke hotel bidakara buat acara malam penganugerahan sekaligus ikutan workshop dan seminar. 

Tiba-tiba hari udah mendadak pagi, kita cepet-cepet nyegat bluebird sebagai kendaraan setia kemana-mana. Bukan masalah gaya pake taksi, tapi di jakarta mana ada kendaraan untuk pergi-pergi selain taksi. Saya sarankan mending catet telepon bluebird sebelum keliling jakarta. Karena menurut saya, pelayanan dari bluebird baik dan nggak nipu buat jalur perjalanan, cocok lah buat beginner traveller.


nggak tau kenapa walaupun begadang berhari-hari saya ngerasa tetep melar maksimal tuh badan hahaha.


Mendadak gara-gara acara kompetisi INAICTA 2015 kita punya relasi baru sekaligus temen baru. Yang di masa depan kita (ternyata) terlibat dalam beberapa proyek. Ihsan, harry, dan novia. Trio dari robotiik siskom. Mereka bikin perangkat komputer untuk disabilitas. Mereka jagonya kalo masalah hardware, kalo saya nggak suka masalah hardware begitu, nggak ada UI nya apa yang dilihat hahaha. Pernah waktu semester satu, saya maksa belajar sistem digital mati-matian (eh nggak deng) tapi apa daya karena terlalu abstrak walaupun bisa masalah gerbang logika dll tapi saya nggak ada harapan buat belajar lebih, cuma formalitas aja.



Guest star di INAICTA 2015 isyana sarasvati loh. Ini pertama kalinya saya ngelihat isyana secara live dan... terlebih anehnya, sebelum hari itu saya nggak ngerti sapa isyana hahaha (maklum tiap hari pegangannya bukan show and selebriti jadi rada kurang update parah). Akhirnya malam penganugerahan pun tiba. Alhamdulillah udah sampe ke 8 besar dari ribuan proposal se-Indonesia. Kita masuk ke kategori professional, tanding sama karya-karya anak bangsa yang wow banget. Walaupun nggak dapet the best apps kita bener-bener speechless bisa partisipasi pada INAICTA 2015 yang diadain sama Kementrian Komunikasi dan Informatika, ketemu banyak orang hebat, relasi yang keren. Dimana relasi-relasi ini diantaranya adalah temen dosen saya dan alhamdulillah sangat membantu di dunia perkuliahan. Membantu dalam proses nyari pembimbing yang keren buat karya-karya kita. Mulai dari PKM sampe lomba internasional lainnya. Selamat buat para pemenang INAICTA 2015, semoga mereka memang pilihan bangsa yang terbaik. Dan kami, dari smartgarden tidak akan pernah menyerah karena masa muda memang harus haus akan kegagalan. Jadi juara hanyalah semacam doorprize dari Allah SWT. Sehingga kita akan terus mencoba untuk submit kemana-mana. Karena ini semua demi mereka, anak-anak dengan tunagrahita. Siapa lagi jika bukan kita yang bergerak untuk donasi? Yah melalui berbagai kompetisi, kami ingin dana kemenangan diberikan kepada mereka. Sebenarnya hal inilah yang melatarbelakangi kami, mengapa berani ambil challenge di INAICTA 2015.


send a thousand happiness,


dessy amry raykhamna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar