Sabtu, 10 Juni 2017

Pennsylvania [6]: Partisipasi di PennApps XV


"Jangan berpikir untuk berkompetisi dengan orang lain, tapi pikirkanlah bagaimana cara kita untuk mengalahkan diri sendiri yang kemarin." Hampir semua mahasiswa yang saya sempet ngobrol bareng mereka, haha-hihi bareng mereka, rata-rata mereka selalu pusing memikirkan, "waduh si X jadi mahasiswa berprestasi, udah wisuda, kuliah ke Inggris, liburan ke Paris, dan bla bla bla." Sadar atau nggak sederetan kalimat itu adalah asumsi yang ditanamkan oleh diri kita untuk alam bawah sadar bahwa si X adalah rival yang harus kita capai dan kita samakan. Pasti selanjutnya akan timbul pernyataan, "Yah... saya tertinggal dengan si X, saya harus bagaimana?" sebuah pernyataan menyerah sebelum berperangPada akhirnya mereka kelimpungan mencari jalan keluar, tersesat, dan membenci diri sendiri. Jika hal ini sampai terjadi, maka harus hati-hati karena gangguan skizofrenia akan hinggap secara berangsur. 

Don't ever think for competing with others, but think about how to beat yourself yesterday. Merupakan nasihat yang diungkapkan oleh keynote speaker dari Cybertron Technology saat hadir di salah satu workshop yang diadakan oleh MicroTek Lab. Seperti yang saya ceritakan di post sebelumnya (klik disini), sambil transit saya submit attendance di salah satu workshop yang ada di 10times. Bagi yang baru mendengar, 10times adalah salah satu situs penyedia event terbesar di dunia. London, LA, New York, dan Dubai merupakan kota-kota yang sering memposting event tanpa tiket masuk untuk publik. Kebanyakan mahasiswa Penn Engineering sering rame-rame dateng ke acara konferensi jurnal/paper kalo sedang weekend. Berbekal dikomporin anak-anak dari We are One, sebutan komunitas sosial di upenn, akhirnya saya nyobain budaya mereka untuk ikutan workshop dari MicroTek Lab itu. Salah satu hasil dari workshop itu yah kalimat: don't ever think for competing with others, but think about how to beat yourself yesterday. Bisa dibilang kalimat ini sedang saya alami saat ikut berpartisipasi dalam acara PennApps XV yang diadain sama University of Pennsylvania.

Bagi mahasiswa-mahasiswa di Asia, termasuk Indonesia, acara PennApps sepertinya tidak terlalu booming. Sebab tidak semua kampus diundang oleh University of Pennsylvania, hanya kampus-kampus yang masuk dalam 64 top universities in the world yang sering diundang. Bagi yang belum pernah mendengar, PennApps merupakan ajang hackathon yang diselenggarakan tiap tahun oleh University of Pennsylvania. Mereka mengundang seluruh kampus di dunia untuk mencari the best hack of the year. PennApps diadakan dalam setahun dua kali, pada musim gugur dan dingin. Karena di kedua musim ini para mahasiswa/college biasanya sedang libur menyambut semester baru, bisa dibilang peserta yang ikut makin membeludak. Saya ikut partisipasi di bulan januari tanggal 27 s.d 29, ketika kampus saya sedang libur semester. Jadinya nggak perlu bingung bikin surat dispensasi ke fakultas (yay). Acara ini terbagi menjadi dua, ada hackathon day dan conference day. Hackathon day diperuntukkan bagi mahasiswa yang ingin mendevelop aplikasi sesuai topik dalam waktu 3 hari non-stop. Pemilihan keikutsertaan disaring melalui seleksi yang bersaing dengan mahasiswa 64 negara. Sedangkan conference day diperuntukkan bagi para mahasiswa peneliti untuk mempresentasikan hasil karyanya dihadapan dunia. Bagi penelitian yang dianggap potensial akan didanai dan diterbitkan oleh University of Pennsylvania sebagai koleksi jurnal milik Penn EngineeringReward yang lumayan kan? Kalo menurut saya, rugi kalo kita punya ide penelitian tapi nggak didokumentasikan kemudian diperkenalkan pada dunia. Sebab sesuatu yang tidak dipublish pada akhirnya hanya akan menjadi sampah. Is it right? 

And then... my campus is not inside of 64's, but how can i participate? Banyak temen-temen yang nanya bagaimana saya dapat berpartisipasi di PennApps padahal kampus saya tidak diundang. Meskipun acara ini lebih didominasi mahasiswa-mahasiswa dari universitas atau college Amerika dan Eropa, namun terbuka untuk umum, siapa saja dapat berpartisipasi. Hanya saja, sesi pendaftarannya berbeda. Mahasiswa yang kampusnya tidak masuk ke dalam 64 top universities in the world dapat mendaftarkan diri minimal 3 bulan sebelum acara dimulai. Dalam proses pendaftaran ini ada seleksinya, kita harus membuat esai penelitian dengan APA style. Topik penelitian yang biasanya lolos adalah yang sedang hot issue in the world. Saat itu topik penelitian yang saya ajukan mengenai Software Defined Network, yang (sempat) menjadi bahan skripsi saya semester lalu. Bener-bener nggak nyangka juga, Alhamdulillah topik itu lolos dan diwajibkan ikut conference day. 

Seusai transit di Incheon (cerita sebelumnya, klik disini), saya langsung terbang lagi sekitar 11 jam ke Philadelphia Int Airport. Karena saya serba sendiri, jadinya begitu nyampe di Philadelphia tetiba pesen Uber X buat ke kampus Penn Engineering. Tapi... kayanya nggak terlalu diridhoi oleh Allah, harga Uber X di luar nalar U$D 24 (dimana harga bus phlash hanya U$D 2) dari airport ke kampus upenn. Padahal itu deket cuma 7 menitan. Mungkin karena taxinya pake limousine hahaha bukan xenia/avanza kaya di Indonesia. Stuck sejenak dan coba acak-acak situs philly tour sambil nanyain relasi di LINE/Telegram yang pernah ke Amerika. Akhirnya dikabarin sama kakak sepupu "mending kontak temen-temen kamu yang stay di Delaware. Barang kali mereka mau barengin." What the good solution isThank you my sister, you're problem solver hahaha! 

Sekitar 10 menitan, saya coba nanya-nanya ke grup We are One di Telegram dan ternyata bener, mahasiswa Delaware pada menginap di airport semalaman. Mereka udah kontak panitia PennApps buat ngejemput pagi ini, setelah ngelobby tipis-tipis akhirnya dibolehin bareng (yay!). Why they receive that serve from committee, but i'm not? Yeah because i'm just conference, but they are hackers! Jadi intinya, fasilitas yang diberikan panitia berbeda jika penelitian kita lolos dikonferensi dengan yang melakukan hacking marathon (hackathon). Peserta yang melakukan konferensi mendapatkan dana tambahan U$D 500 untuk keperluan transportasi. Sedangkan peserta hackathon mendapatkan fasilitas jemput dan dana tambahan U$D 500. Jika kekurangan dana, kita bisa minta tolong pada panitia untuk mencarikan sponsor.    

Masalah transportasi di hari itu terselesaikan berkat para mahasiswa Delaware yang baik hati. Thank you so much, Delaware! You have a great soul. Begitu tiba di Penn Engineering, langsung antri panjang buat registrasi ulang. Nggak salah sih antrinya berjajar sampe empat shaf mengular, soalnya dari 64 negara dan 1 tim bisa bawa sampe 4 orang. Why i go there by my self? because i submit for conference day NOT hackathon. Jadi jika kita ingin daftar sebagai tim, kita harus ikut hackathon dan mentoring di dua hari terakhir. Dan itu nggak nyaman sih menurut saya kalo hackathon harus sendirian, nggak ada esensi hahaha.  


Setelah registrasi selesai, saya dan rombongan Delaware misah. Saya di ruang tunggu untuk peserta konferensi dan mereka di ruang hackathon. Selama menunggu giliran untuk konferensi atau selama istirahat hackathon, panitia menyediakan berbagai jajanan gratis yang dapat dikonsumsi selama acara berlangsung. Mulai dari donat, schotel, biskuit, sampe macaroon. Panitia juga menyediakan breakfast sampe dinner bagi peserta conference dan hackathon. Sedangkan untuk tempat menginap, kita nggak perlu berbelas kasih. Karena panitia juga menyediakan sleeping bag atau matras plastik yang tersebar di lorong dorm upenn.

Kalo lorong dorm nggak cukup untuk menampung peserta, biasanya panitia membebaskan peserta ingin berbaring dimana. Entah dilobby universitas, dekat kantin, di bawah tangga, atau di dalem lift. Bebas se-bebas-bebas-nya. Budaya bebas ini nggak akan saya temuin di Indonesia. Lucu juga sih, ngelihat salah satu rombongan tidur di dalem lift sambil pake sleeping bag. Tapi.. mereka cuek, nggak peduli orang mau bilang apa, lagipula nggak ada yang bakal ngatain mereka juga sih hahaha. 

Ohya selama saya berpartisipasi di PennApps, seluruh biaya ditanggung oleh dua sponsor yaitu Bloomberg dan Capital One. Mereka big sponsor dari acara PennApps yang membuka kesempatan luas bagi mahasiswa luar upenn untuk berpartisipasi di acara ini. Feedback-nya kita harus pasang nama mereka di esai yang kita tulis, istilahnya endorser. Nggak ribet kan? Nggak perlu repost sana-sini atau hashtag sana-sini. Jika topik penelitian kita answer their need, why not? Tapi jika kita tergolong hacker pro dari tahun sebelumnya, kita digratiskan segalanya oleh acara ini, mulai transportasi, sampe fee pendaftaran. Hacker pro yang dimaksud adalah mereka yang mendapatkan gelar the best hack of the year pada PennApps tahun sebelumnya. Jadi bukan dari kita yang menilai diri sendiri bahwa kita pro di bagian programmingNot value from you but the world  



Pembukaan acara dilakukan oleh Dean Vijay Kumar dari perwakilan Penn Engineering. Setelah pembukaan acara selesai, peserta hackathon langsung berpencar ke Detkin Lab, Towne 337, Towne 100, dan Wu & Chen. Ruang-ruang dipisah tergantung dari topik yang dikerjakan. Sedangkan saya tetap stay di Moore 100 untuk persiapan konferensi. 

Di saat peserta hackathon mengikuti sesi mentoring dan workshop, peserta conference juga dapat mengikutinya. Tapi sifatnya nggak wajib. Sebagian peserta conference ada yang memilih istirahat di lounge, ada yang mini tour keliling universitas, dan diskusi di kantin. Karena saya nggak mau menyia-nyiakan barang sejam pun, saya ikutan workshop big data and analysis di gedung yang sama saat melakukan konferensi. Jadi selama 2 hari, mulai jam 8 pagi sampe 8 malem saya nggak keluar sama sekali dari gedung Moore 100. Kecuali untuk sholat, makan, dan ke kamar mandi. Beberapa temen ada yang ngajak keluar buat take a breath. Tapi saya nolak, soalnya waktu saya di Amerika cuma sebentar dan tiap jam harus saya manfaatin bener-bener, kalo masalah take a breath bisa dilakuin nanti di hari terakhir, keliling Center City sambil cari oleh-oleh (untuk cerita episode ini, klik disini). 

Saya bukannya sok rajin atau naif, tapi... saya ingin ngelihat perkembangan teknologi dan pengetahuan yang didapat masing-masing mahasiswa dari 64 negara. Saya udah janji sama diri sendiri, buat nggak melewatkan presentasi produk mereka sedikit pun. Alhasil bener, kita tertinggal lumayan jauh, pantes aja kalo universitas di Indonesia nggak masuk ke 64 top universities in the world. Para mahasiswa Amerika, sebelum masuk kuliah mereka punya visi bakal ngapain ngambil jurusan teknik, sering diskusi, dan pemikiran mereka nggak lelet. Produk yang banyak dihack rata-rata hardware dan games. Ada yg bikin mesin pelipat baju otomatis. Ada yang bikin aplikasi smartphone yang bisa nge-detect barang bawaan kita tasnya dipasangin sensor trus ngebaca isi tasnya, sehingga minim buat kemalingan, sensor ini juga ngedeteksi barang keluar dan masuk dari tas kita. Kemudian robot yang bisa ngerjain tugas sekolah kita, fruit ninja tapi versi virtual reality, belajar mengenal tata surya versi virtual reality, dan masih banyak lagi. Aplikasi belajar mengenal tata surya versi VR/AR ini menjadi the best hack of the year di PennApps XV. Kreatif dan bermanfaat ya?


Semoga postingan kali ini mampu menjawab rasa penasaran dari beberapa pertanyaan: apa sih PennApps? ngapain di Amerika? gimana cara nyari sponsor? atau PennApps itu ngapain aja sih? Dan menurut kabar terbaru, PennApps XVI udah dibuka pendaftaran untuk mahasiswa luar upenn bisa di mulai tanggal 19 Mei 2017 loh, informasi lebih lanjut kunjungi situs PennApps (klik disini). Untuk liputan singkat kegiatan PennApps XV ada pada video highlight yang telah diupload melalui channel Youtube PennApps. Happy watching dan semoga tertarik buat partisipasi PennApps XVI di bulan September nanti.


send a thousand happiness,


dessy amry raykhamna






2 komentar:

  1. dessy memang dedek idolaqueee
    prestasinya kerenkeren OMG @_@

    BalasHapus
    Balasan
    1. waduh jadi malu dikomentari mbak blogger senior, saya juga fans mbak ninda sejak umur 16 tahun (hahaha). Saya mah masih belajar mbak, mohon bimbingannya :')

      Hapus