Jumat, 09 Juni 2017

Terpilih 6 Besar di Asia Open Data Hackathon 2016



"Let's attend and win. Don't be shy for having competitor around the world. Indonesia, my hometown, i believe can bring gold medal to us!"


Hadir di acara kompetisi dan kembali ke tanah air bawa gold medal, rasanya kaya dapet suprise yang super MasyaAllah! Walaupun saya pernah bilang bahwa kemenangan itu bukan segalanya, melainkan hanya bonus/hadiah dari proses yang telah kita lakukan. Mau terseok atau tersandung waktu berproses, itu semua adalah the greatest journey. Yang bisa diceritain kemana-mana, karena menciptakan sebuah pengalaman kegagalan membutuhkan harga yang tidak sedikit. Bercucuran air mata dan peluh seolah merupakan konsumsi tiap hari, apalagi bagi mereka yang sedang berada pada track startup. 

Jika ditanya "sudah mengikuti berapa acara kompetisi?maka akan saya jawab "udah puluhan, tapi yang menang misalkan dari 10 kompetisi kemenangan yang diraih hanya 1-2 kali." Kemudian jika ditanya lagi, "kenapa sih masih ngotot ikut kompetisi kalo nggak menang?" well saya hanya akan tersenyum untuk menjawabnya. Mengapa? karena saya yakin seseorang yang melontarkan pertanyaan semacam itu belum pernah merasakan 'sebuah perjuangan yang sebenarnya'Partisipasi pada sebuah kompetisi adalah bagian untuk membuat diri kita menjadi kreatif, mengubah pola pikir (mindset) untuk memberikan branding diri, dan... dapat melihat diri kita yang sebenarnya jika bersanding dengan mereka, para kompetitor. Jika selama ini kita berpikir, pesaing kita adalah satu kelas, satu fakultas, atau bahkan satu kampus. Berarti pola pikir (mindset) kita harus segera diupgrade. Karena dunia adalah pesaing kita, bagaimana prodak yang kita buat dapat bersanding di mata dunia, bagaimana kita bisa meraih mereka yang di depan? Visi kita harus jauh. 

Asia Open Data Hackathon merupakan sebuah acara kompetisi cross country (Taiwan dan Thailand) bagi para developer aplikasi. Namun pada tahun ini, Indonesia ikut berpartisipasi melalui Data Science Indonesia (lebih lengkapnya seputar acara Open Data klik disini). Bagi yang belum mengenal apa itu Open Data? akan saya bahas sedikit. Menurut pemahaman saya selama di acara AODH ini, Open Data adalah sebuah aktivitas dimana kita para developer menyediakan informasi/data-data terkait hal-hal yang dibutuhkan oleh masyarakat. Meskipun sudah ada search engine atau platform kumpulan data, namun tidak semua informasi tertera disana. Nah tugas kita sebagai developer adalah bagaimana aplikasi yang kita bangun mampu menggali data-data yang tersebar ke seluruh dunia, sehingga dapat diarsipkan menjadi satu untuk dikonsumsi masyarakat sekitar yang diharapkan dapat memudahkan pekerjaannya dalam mencari data tertentu. Tema AODH kali ini ada tiga, yaitu public service, agriculture, dan art & culture. Dari pihak Taiwan, mereka menyediakan topik terkait public service. Sedangkan Thailand, agriculture, karena mereka ingin infrastruktur pertanian negara Thailand menjadi lebih baik. Indonesia memberikan topik art & culture. 

Pada postingan sebelumnya, saya pernah bercerita ketika sembari 'iseng' berburu ice cream (sebenernya hanya alibi agar berguna perbincangan di hari itu hahaha) bahwa kami ingin mengembangkan aplikasi komposer musik. Dan lahirnya sebuah nama, yaitu Voice Land. Asalnya tim kami terdiri dari 5 orang dan aplikasi ini ada karena tugas mata kuliah MITI. Karena dosen saya saat itu, tergolong tipe visioner (seorang dosen lulusan jerman yang terkadang membuat saya minder jika ditargetkan untuk berpikir 10 tahun yang akan datang hikz), maka terciptalah ide aplikasi komposer musik yang mengkombinasikan antara instrumen musik tradisional ASEAN dengan musik modern. Namun dari dopping-an semangat beliau setiap pertemuan perkuliahan, tugas-tugas saya di semester 6 jadi terasa lebih berkualitas. Beda rasanya, ketika kita mendapatkan nilai A dari hasil kerja keras sampe terseok-seok daripada mendapatkan nilai A hasil formalitas. Coba aja buktikan jika belum percaya hehehe. 

Ternyata sebuah keisengan tersebut membuahkan hasil, malam setelah rundingan sama vincentia di siang hari, saya submit aplikasi Voice Land ke AODH. Lima hari kemudian kami dapat kabar bahwa aplikasi kami terpilih 6 besar cross country. Saya super nggak percaya, padahal waktu itu cuma prototype belum implementasi sampe 80%, video introduction juga dikerjakan hasil kebut semalaman. Dan... ngerasa udah hopeless duluan, karena kami bersaing dengan para developer dan universitas top di Taiwan, Thailand, dan Indonesia. Mahasiswa National Taiwan University, Sun Yat-Sen, Tsing-Hua, Chulalongkorn, developer top Taiwan-Thailand, STIS, UI, ITB, UGM, dan lainnya. Untung karena masih ditolong oleh Allah, kami diberikan kesempatan diundang pada acara Hackathon Day dan Conference Day dari tiga negara, namun tidak diwajibkan untuk develop aplikasi. Lega sekaligus terharu, saya ngebaca realistis aja. Saat initim kita hanya 2 orang, vincentia sebagai Data Scientist dan saya sebagai Mobile Developer. Sedangkan yang ngebantuin saya programming dalam 3 jam di Hackathon Day nggak ada (lagipula nggak ada esensi, hackathon sendirian? mending pulang kampung hahaha). Mau maksain diri kaya apa, kalo kapasitas tenaga SDM kurang dan suruh develop aplikasi gede, yang ada malah sakit masuk angin akibat begadang melulu. Pernah pikiran ngawur muncul dibenak saya, kebetulan posisi saya saat itu lagi magang di perusahaan ISP, dimana banyak berisi mantan programmer (yaiya mantan karena mereka kebanyakan dulunya suka programming tapi beberapa alasan pindah lajur ke networking) mau nawarin jadi bagian dari tim Voice Land. Tapi... saya urung melakukannya (yakali anak magang nawarin proyek ke pimpinan, bisa-bisa dilempar laptop).     

Akhirnya kami memutuskan untuk tetap berpartisipasi di acara Conference Day, letaknya di Kudoplex. Walaupun nggak ikut serta di Hackathon Day, terpilih 6 besar aja pencapaian yang super luar biasahAlhamdulillah. Di samping itu, saya juga kedapatan belajar pitching dari peserta Taiwan dan Thailand. Dan sembari mengamati public speaking yang nerd dari peserta tanah air. Saya nggak tau, mereka kurang latihan apa gimana. Bahasa inggisnya nggak terlalu fluently. Menurut saya, pitching dalam bahasa inggris itu bisa dilatih dari H-berapa jadi nggak ngedadak. Kayanya peserta dari tanah air kurang prepareDari panitia AODH juga kurang mengindahkan tamu yang hadir, akibat kurang persiapan kali ya? Overall, saya rada kecewa sih dengan kesemrawutan hari itu, karena ekspektasi saya Asia. Saya pikir acaranya bakal tertata layaknya dua negara penyelenggara, Taiwan dan Thailand. Tapi saya menganggap hari itu merupakan dari proses membangun Voice Land (ngalibi mulu hahaha), saya kesini naik Uber Motor, karena lokasi Kudoplex nggak terlalu jauh dari Setiabudi. Namun berakhir dengan hujan-hujanan waktu pulang, demi AODH Conference Day sampe diguyur hujan. Yah bagaimanapun acara ini buatan manusia, terpilih 6 besar pun juga karena manusia, didoakan juga semoga Indonesia mampu meraih medali emas di Thailand nanti. 


Steal your thought!

Dessy Amry Raykhamna


Tidak ada komentar:

Posting Komentar