Sabtu, 10 Juni 2017

Pennsylvania [1]: Hal-hal yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Backpacking

"ciptakanlah kondisi kepepet, jika kamu ingin berkembang" - Danton Prabawanto, founder jagoanhosting.com, wikufest "The Mobile World Series" 2012


Bagi saya, melakukan perjalanan yang sangat jauh dari rumah adalah hal yang sangat saya impikan sejak bangku sekolah dasar. Karena saat sekolah dasar sering nonton serial yang berkaitan dengan astronomi, seperti tata surya, perbintangan, atau galaksi. Waktu usia sekolah dasar, semua hal itu tampak nyata dan menyenangkan untuk dibayangkan. Nggak heran kalo mimpi saya saat itu adalah ingin jadi astronot (dan mimpi ini terus saya teguhkan sampai SMA hahaha). Banyak temen-temen yang nanya "kenapa sih kok bisa punya mimpi jadi astronot?". Karena ya... banyak yang menginspirasi saya sejak sekolah dasar, kaya Yuri Gagarin (astronot asal Rusia yang senyumnya nggak pernah luntur walau gagal sekian tahun), Clyde Tombaugh (astronot penemu pluto yang baru terbang ke angkasa di usia 70-an dan penemu beberapa asteroid), kemudian spica (bintang paling terang di dalam rasi bintang virgo). "kenapa bukan neil armstrong atau jadi fans sirius?" sebenernya ini pertanyaan konyol kedua yang diajukan salah satu temen SD saya saat itu. Baiklah aksi Neil Armstrong untuk mendarat di bulan adalah keren. Tapi... entah kenapa saya nggak terlalu terinspirasi dengan biografinya. Kedua, sirius bukanlah raja para bintang, jadi nggak perlu terintimidasi dengan sejarah yang dibelokkan zaman Yunani Kuno. Baca saja surah Al-Anbiya atau Al-Hijr, kedua surah tersebut telah menerangkan bagaimana langit terbentuk serta keberadaan bintang. 

Nah, back to topic, perjalanan yang akan saya lakukan bukan ke luar angkasa seperti yang saya impikan. Masih sekitaran bumi Allah dengan mengunjungi beberapa negara untuk menghadiri conference day pada acara tahunan University of Pennsylvania yaitu PennApps XV, itu semua terjadi secara mendadak dan kepepet. Seperi kata Pak Danton, menciptakan kondisi kepepet bisa bikin diri kita jadi berkembang, dan itu benar adanya para sodara-sodaraSebenernya acara ini udah sering dipublish sama universitas tersebut, hanya saja jarang kampus di dalam negeri yang menerima informasi ini. Sehingga lebih memaksa mahasiswanya untuk melakukan pencarian secara mandiri. Udah jadi resolusi atau target yang ingin sekali terkabul sejak semester 1 di perkuliahan, dateng ke acara PennApps (fyi, mimpi ini juga saya tulis pada tugas ospek universitas dengan tema 100 mimpi hahaha so naive). Dan entah mengapa, di luar rencana, Allah mengabulkan mimpi ini di tahun 2017. Terimakasih banyak, Ya Allah! Saya hamba yang rapuh hanya sanggup mengucap syukur, Alhamdulillah, ternyata Allah masih mengizinkan saya untuk mengunjungi negara selain yang saya injak.  

Pennsylvania. Negara bagian dari benua amerika yang menjadi pusat sejarah amerika dimulai. Segala hal yang berkaitan dengan kota ini, mulai dari jalanan, kotanya, bahkan universitas. Semuanya menyimpan sejarah yang sangat berarti bagi perkembangan amerika (lebih lengkap mengenai bagaimana negara ini berpengaruh untuk amerika akan saya bahas dipostingan tersendiri yang full membahas negara ini). 

Di bulan januari 2017, saya melakukan backpacking ke Pennsylvania. Mengapa saya sebut backpacking? sebenernya untuk melakukan backpacking dibutuhkan beberapa persyaratan umum agar seseorang dapat dijuluki seorang backpacker. Perjalanan yang seseorang tersebut lakukan harus bersifat independent, travel light, educateddan travel cheap. Dan... kegiatan backpacking akan lebih professional jika kita melakukannya seorang diri. Independent, backpacker tidak membutuhkan jasa tour untuk mengatur perjalanannya, dia melakukannya segalanya dengan mandiri. Travel light, seorang backpacker hanya membawa barang seminimal mungkin. Educated, perjalanan yang dilakukannya bersifat mendidik. Dan.. travel cheap, poin ini yang terpenting. Seorang backpack harus siap menjadi sederhana : makan seadanya, menginap seadanya, berprinsip 'uang ketat' (meskipun akomodasi perjalanan saya disponsori oleh Bloomberg dan Capital One tapi tetep harus memperketat pengaturan budget).

Selanjutnya, hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum backpacking

1. Persiapkan skenario perjalanan dengan baik
Menyusun rencana sebelum melakukan perjalanan adalah hal yang utama. Kalau dalam tour, istilahnya itinerary. Perjalanan kita harus sesuai dengan itinerary. Walaupun pada backpacking yang mengatur seluruh kegiatan adalah backpacker sendiri, yang nantinya ada kalanya dapat menghianati itinerary, tapi harus tetap membuat perencanaan yang super matang. Kalo bisa, sekalian direncanakan skenario worst case untuk beberapa kejadian. Untuk menyusun skenario ini lebih baik menyediakan catatan perjalanan, mulai pre-condition sampe post-condition. Yah semacam journal travelling. Sebagai contoh, pada perjalanan backpack kali ini saya mengambil jalur penerbangan CGK-ICN-PHL. Yang berarti saya akan berdiam diri di Incheon selama 10 jam untuk perjalanan depart-return. Bosan dan bingung, ngapain disana 10 jam? Nah proses tunggu ini harus diskenariokan. Kita harus tau ngapain aja selama 10 jam, harus bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Banyak pelampiasan yang dapat dilakukan kaya belanja, hunting foto, muterin Seoul, mandi, tidur, ngerjain proposal skripsi di rest area, nongkrong di Food Square, nonton movie theaterchatting, main golf, spa/sauna, nyuci baju, main ke museum, melihat pertunjukkan budaya korea, dan hal lainnya yang bisa kita nikmatin. Semua harus terancang, biar nggak bingung mau ngapain pas nyampe disana. Soalnya pengalaman beberapa temen saya yang sering transit di korea, rata-rata karena pertama kali, mereka nggak ada perencanaan mau ngapain, akhirnya hanya nongkrong di Food Square dan belanja di Duty Free sambil haha-hihi. Padahal 10 jam adalah waktu yang cukup kalo mau explore kemana-mana.    

2. Berburu sponsor/collecting budget
Setelah melakukan perencanaan yang matang. Pastikan perencanaan budget juga telah dianggarkan. Dalam hal budget, kita bisa menabung dengan menyisihkan uang tiap sebulan sekali (nominal tabungan per bulan dapat disesuaikan dengan negara tujuan) atau dengan berburu sponsor. Karena perjalanan saya ke Pennsylvania diakomodasi oleh dua sponsor big company. Dapat dikatakan tiket depart-return serta pesangon telah dicover oleh mereka. Dan... saya hanya memikirkan biaya transportasi publik. Namun sebagai backpacker tidak memerlukan banyak biaya untuk perjalanan jarak dekat, yang dapat ditempuh dengan jalan kaki atau menggunakan bus universitas (lebih gratis hahaha). Diusahakan seminimal mungkin menekan pengeluaran dan berikan pula target maksimal pengeluaran per hari pada catatan perjalanan. Untuk berburu sponsor, usahakan dilakukan pengajuan proposal di 2 s.d 3 bulan sebelum keberangkatan. Biar nantinya nggak semrawut waktu D-Day.   

3. Persiapkan paspor dan visa 
Kedua barang ini adalah barang yang paling penting. Paspor bisa kita urus ke kanim setahun atau beberapa tahun sebelum keberangkatan. Nggak perlu ragu buat bikin paspor kapanpun. Karena kita nggak akan tahu kapan akan bepergian, bisa saja mendadak. Guru CCNA saya waktu SMA pernah bilang "kalian harus bikin paspor mulai sekarang loh, soalnya nggak mungkin kan 5 tahun ke depan kalian hanya diam di negara sendiri?" Jadi... nggak ada salahnya bikin paspor, walaupun nggak ada rencana bepergian kemanapun. 

Selanjutnya, visa, barang ini juga sama pentingnya dengan paspor. Perjalanan kali ini memaksa saya untuk mengurus Visa Non-imigran Amerika. MasyaAllah. Mengurus visa ini kaya hampir dicekik sama embassy. Padahal udah nitip ke Tante saya yang kerja di embassy buat bantu ngurusin. Tapi tetep aja lebih belibet daripada ngurus beberapa visa lainnya, kelihatan dari awal udah hopeless. Visa jepang/korea/india/hongkong nggak ada apa-apanya dibanding visa amerika, hanya sejentik (berdasarkan hasil penjelasan beberapa anonym di embassy hahaha bukan berarti saya pernah bikin pengajuan visa ke empat negara itu). Intinya visa bisa dikejar pada H-14 atau H-21 tergantung kebijakan dari masing-masing embassy.

4. Maksimalkan search engine dan situs penyedia informasi lainnya
Google, YouTube, bing, niche, dan lainnya merupakan senjata terampuh buat kepoin daerah yang akan kita tuju, mulai dari cuaca seperti apa, suasana disana gimana, culturenya gimana, tempat apa yang terkenal, kuliner apa yang perlu dicoba, dan sejarahnya gimana. Kita perlu tahu semuanya, apalagi sejarahnya. Menurut saya, nggak ada esensi aja kalo kita main ke suatu tempat tapi nggak ngerti apa-apa. Mencari promo/harga murah dan baca-baca feedback dari maskapai yang akan kita gunakan untuk depart-return adalah hal penting biar nggak menyesal saat melakukan perjalanan. 

Memperhatikan ramalan cuaca juga bisa menjadi hal yang penting. Walaupun sesampainya disana ternyata hasil ramalan tidak sesuai, tidak ada salahnya berjaga-jaga payung/jas hujan pejalan kaki. Beberapa hari sebelum keberangkatan ke PHL, saya memantau cuaca dari accuweather. Diramalkan pada bulan januari, Philadelphia-New York-San Francisco memiliki curah hujan yang tinggi, namun begitu tiba di Philadelphia International Airport ternyata hari sangat cerah. Intinya saya bawa jas hujan nggak berguna sama sekali selama beberapa hari di tiga kota tersebut. Jangan berharap terlalu banyak pada accuweather, berharaplah pada Allah yang senantiasa bersama hamba-hambaNya. 


Selain itu, biar nggak kelabakan waktu di airport atau di beberapa spot lainnya, usahakan telah membaca airport guide atau city guide (untuk airport guide klik disini atau city guide klik disini) dan beberapa dokumen guide lainnya pada situs embassy di satu bulan sebelum keberangkatan. Rajin-rajin membaca juga kebijakan terkait visa dan UU non-migran amerika. Mengapa persiapan harus sedetail dan semateng itu? Karena kita boleh menjadi awam, tapi tidak untuk dibodohi. Jika petugas imigrasi atau embasssy tidak melaksanakan tugas sesuai UU, atau peraturan yang tertera pada suatu situs tidak sesuai UU, sebagai warga non-imigran kita berhak untuk menggugat. Saran saya, jika informasi yang didapatkan melalui search engine normal tetap tidak terjangkau, contohnya ketika saya ingin menuju Cleveland Tennesse tapi maps google tidak dapat menyebutkan apa-apa. Kita dapat berselancar di duckduck atau search engine deepweb lainnya. Usahakan jika benar ingin melakukannya, jangan gunakan OS Windows/Mac/Solaris dan jangan sekali-kali menggunakan jaringan milik universitas namun gunakan jaringan wifi/wimax yang transparansi.

  
5. Sering-sering ke toko buku
Main ke toko buku, nggak perlu beli buku. Cukup sekedar 'numpang baca' (hahaha) di barisan buku impor, buku travelling, buku hukum, dan buku psikologi populer. Aturkan jadwal minimal beberapa kali dalam sebulan untuk mengunjungi toko buku. Bisa saja, meskipun jangkauan search engine seluruh dunia, namun ada juga beberapa pemahaman-pemahaman atau filosofi yang tidak dijelaskan dalam situs. Baca buku adalah solusinya. Barangkali, dengan baca buku dapat membantu kita dalam menyelesaikan permasalahan di saat dalam kondisi kepepet. Karena sekali lagi, backpacker sendirian itu penuh tantangan. Mencoba mengenal berbagai orang, menyakinkan pada diri sendiri bahwa sesungguhnya kita nggak sendirian di bumi Allah ini, masih banyak orang di muka bumi ini yang mau peduli pada kita. Jadi nggak perlu mandang dunia berkeliling di sekitarmu, dunia itu luas, kita harus berani menjelajah jika ingin membuktikan betapa luasnya bumi Allah ini.    

6. Persiapkan mental dan fisik dengan baik
Mental dan fisik agaknya dapat dibentuk sejak SMA atau semester 1 di bangku perkuliahan atau beberapa tahun sebelum perjalanan. Mental tahan banting, optimisme, percaya diri, awareness, berani, dan mental positif lainnya tidak bisa didapatkan secara instan. Harus melalui jalan dan proses yang panjang. Menurut saya, kalo baru upgrade soft skill di semester 7 atau setelah lulus, hal itu sudah sangat terlambat (meskipun nggak ada kata terlambat untuk belajar). Golden age itu nggak datang dua kali. Makanya saya sedikit menyesal : kenapa nggak ikutan kompetisi internasional sejak sekolah dasar dahulu? banyak hal yang belum saya lakukan untuk akademik saat sekolah dasar. Masih sering main-main dan beberapa hal sia-sia lainnya. Namun di sisi lain, saya penuh syukur, saat sekolah dasar orang tua nggak maksa saya untuk berprestasi, main sepuasnya mereka mengizinkan. Yah semua itu ada sisi positif dan negatif, hidup di bumi Allah juga hanya titipan, bukan real-life nggak ada yang perlu disesalkan semua udah ada yang atur (ngalibi, nenangin diri hahaha).  

7. Berdoa dan bertawakal
Hal yang terakhir, kalo semua hal udah diikhtiarkan hendaknya berdoa dan berserah diri kepada Allah. Lakukan beberapa amalan yang sekiranya dapat menyelamatkan hidup dunia dan akhirat. Bisa juga dengan membaca rutin ijazah yang telah diberikan. Tapi tujuan berdoa bukan untuk biar bisa pergi ke luar negeri, niatan berdoa semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah. Allah nantilah yang akan merencanakan segalanya, percayalah bahwa rencana Allah, lebih amaze jika dibandingkan itinerary yang telah dibuat. Contohnya ketika di itinerary hanya saya tulis 'direct flight : CGK-PHL' ternyata saat proses pencarian maskapai yang direct flight langka, rata-rata harganya dua kali lipat dari yang transit. Ya sudah... terpilihlah round-trip CGK-ICN-PHL. MasyaAllah kan, nggak ada yang menduga kalo saya dimampirkan ke Incheon, Seoul, Korea Selatan terlebih dahulu. Dimana negara ini ingin saya kunjungi sejak SMP dan langsung dimampirin ke bandara terbaik di dunia setelah Munich dengan maskapai bintang lima versi skytrax. Super masyaAllah! 

So, nggak perlu ragu-ragu kembali untuk merancang itinerary sendiri. Sambil membayangkan mimpimu menjadi kenyataan. Dan perjalanan backpacking akan terasa lebih ringan, seperti kita pernah kesini sebelumnya, walaupun kerap heboh di beberapa tempat, tapi... kita akan menjadi lebih profesional ketika telah mempersiapkan segalanya. See you!



send a thousand happiness,


dessy amry raykhamna

2 komentar:

  1. bok makasih sudah nulis, sangat meninspirasi sekali tapi emang bener bok, akhirnya keinginan kita akan terwujud, cuman kita nggak tau kapan, dan makasih udah nulis, emang nyesel sih knapa dulu gak ngejar akademik, padahal tahun tahun emas hanya sekali, tapi tak apa masih ada masa depan yang menanti...

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih chun udah setia baca blogku, penyesalan memang selalu di akhir, tapi nggak ada salahnya untuk kita upgrade our self everyday, everywhere, and everytime. Biar nggak menyesal (lagi) yuk berhijrah bareng setiap saat, karena waktu nggak akan pernah menunggu...

      Hapus